Pada akhir perdagangan Selasa (20/6/2023), bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York mengalami pelemahan akibat aksi ambil untung oleh investor. Hal ini terjadi karena adanya tanda-tanda melemahnya permintaan global. Data Bloomberg menunjukkan bahwa indeks Dow Jones Industrial Average turun sebesar 0,72 persen atau 245,25 poin menjadi 34.053,87, S&P 500 tergelincir sebesar 0,47 persen atau 22,88 poin menjadi 4.388,71, dan Nasdaq terkoreksi sebesar 0,16 persen atau 22,28 poin menjadi 13.667,29. Saham-saham perusahaan minyak seperti Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp menjadi faktor penekan terhadap S&P 500 dan Dow Jones. Aksi jual luas terjadi setelah Nasdaq mencatatkan reli terpanjang mingguan sejak Maret 2019, dan S&P 500 mencatatkan reli terpanjang sejak November 2021. Dalam dua belas bulan terakhir, indeks S&P 500 telah naik 20 persen, dan sepanjang tahun ini naik lebih dari 14 persen.
“Pasar sedang mencoba menguji apakah kenaikan baru-baru ini akan bertahan. Pasar bergerak dalam siklus, dan reli terakhir ini telah mengejutkan banyak orang,” kata Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth, mengutip Reuters.
Beberapa pergerakan saham menarik perhatian. Saham Rivian Automotive Inc dan Tesla Inc, produsen kendaraan listrik, mengalami kenaikan setelah Rivian mengumumkan kesepakatan untuk mengadopsi standar pengisian Tesla. Saham PayPal Holdings naik setelah KKR & Co setuju untuk mengakuisisi perusahaan paylater berbasis di Eropa tersebut dengan nilai hingga 40 miliar euro atau sekitar US$43,71 miliar. Namun, saham Nike terpantau tergelincir setelah Morgan Stanley memprediksi tekanan margin akibat kelebihan persediaan perusahaan. Saham Alibaba Group yang terdaftar di AS turun setelah pengumuman bahwa Daniel Zhang akan mundur dari perannya sebagai CEO dan fokus pada divisi cloud perusahaan. Saham Adobe Inc juga mengalami penurunan menyusul laporan bahwa regulator antimonopoli Eropa sedang bersiap untuk menyelidiki kesepakatan perusahaan dalam akuisisi platform desainer berbasis cloud, Figma.
Investor juga akan memperhatikan kesaksian dua hari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, di depan Kongres. Hal ini dimulai dengan komite Jasa Keuangan DPR AS pada Rabu. Kesaksian Powell akan menjadi acuan bagi investor untuk memperoleh petunjuk mengenai kebijakan moneternya yang akan berlangsung dalam waktu yang lama. Pavlik berkomentar, “The Fed tidak memberikan banyak waktu untuk kenaikan ini berdampak nyata pada perekonomian. Saya tidak tahu apa yang dilihat The Fed yang tidak dilihat oleh kita semua. Inflasi tidak merajalela seperti dulu. Kita telah melihatnya di toko kelontong dan di SPBU.” Selain itu, kekhawatiran terhadap perlambatan permintaan global semakin besar setelah China memangkas suku bunga pinjamannya akibat permintaan yang lesu. Meski pembangunan perumahan mengalami lonjakan 21,7 persen, yang merupakan lonjakan bulanan terbesar dalam tiga puluh tahun.