BeritaInvestor.id – Harga batu bara kembali mengalami kenaikan pada awal perdagangan semester-II tahun 2023 (4/7/2023) dan berada di zona hijau. Harga batu bara menguat sebesar 3,1%, mencapai US$154,45 per ton. Data Refinitiv mencatat bahwa kontrak Juli di pasar ICE Newcastle juga mengalami kenaikan sebesar 2,3% dan ditutup pada posisi US$149,7 per ton.
Sejak Senin (26/6/2023), harga batu bara telah mengalami kenaikan selama enam hari berturut-turut. Hal ini terjadi setelah periode koreksi harga batu bara sejak awal tahun, di mana harga batu bara mengalami penurunan hingga 58% sebagai akibat dari pulihnya pasokan energi global yang sebelumnya terbatas akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Penguatan harga batu bara saat ini sejalan dengan laporan impor batu bara China yang menunjukkan pemulihan permintaan di Tiongkok. Dilansir dari HellenicShippingNews, China sedang mengantisipasi pemulihan permintaan di negara tersebut sebagai respons terhadap pemulihan dari masa lockdown pada akhir tahun sebelumnya. Dukungan dari kebijakan stimulus dan pelonggaran suku bunga turut membantu memperkuat potensi pemulihan tersebut.
Menurut Yianis Parganas, seorang pakar intermodal, terlihat adanya pemulihan dari peningkatan impor bijih besi sebesar 7,7% selama periode Januari-Mei 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai total 480,75 juta ton. Pemulihan ekonomi China yang berkelanjutan memiliki dampak positif, mengingat Tiongkok merupakan salah satu tujuan ekspor utama batu bara Indonesia.
Di Eropa, kelebihan stok dan permintaan musim dingin yang lebih rendah dari perkiraan telah menyebabkan penurunan signifikan dalam impor batu bara selama kuartal pertama tahun 2023.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”1″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Meskipun mengalami koreksi dalam jangka waktu yang cukup lama, harga batu bara mulai menunjukkan penguatan dalam beberapa hari terakhir. Faktor penguatan ini didukung oleh sentimen produksi baja China yang menunjukkan perkembangan positif.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli, coking coal atau batu bara dengan kadar tinggi merupakan salah satu bahan baku utama dalam produksi baja, terutama di industri smelter. Dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Rizal Kasli menyatakan bahwa harga coking coal biasanya dipengaruhi oleh hukum supply-demand, di mana ketersediaan yang tinggi dan permintaan yang rendah akan menyebabkan penurunan harga, dan sebaliknya.
Dengan kondisi tersebut, pergerakan harga batu bara masih dapat mengalami volatilitas yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik domestik maupun global.
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil batu bara terbesar telah menetapkan target produksi batu bara sebesar 695,4 juta ton. Menurut Singgih Widagdo, Ketua Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF), penetapan target produksi tersebut tidak perlu diubah. Singgih menyatakan, “Saya yakin tekanan harga juga tidak akan turun di bawah 100, tapi juga tidak akan naik di atas 200.”
Singgih juga menyebutkan kemungkinan harga batu bara dapat melampaui batas tersebut dalam kondisi pasar yang terganggu, seperti perang Rusia-Ukraina sebelumnya.
Gilbert Nisahpih, Direktur PT Samindo Resources Tbk (MYOH), juga mengakui bahwa aspek keuangan perusahaan mengalami penurunan akibat harga batu bara yang menurun. Namun, dari sisi volume, perkiraan masih tetap sama. Gilbert menambahkan bahwa harga batu bara diperkirakan akan mengalami kenaikan pada semester kedua, didukung oleh pemulihan ekonomi China. Ia juga memproyeksikan bahwa kemungkinan terjadinya El Nino akan meningkatkan permintaan batu bara dari India.
Dari segi kinerja keuangan, Gilbert melihat bahwa kinerja perusahaan batu bara pada tahun 2022 sebagian besar sangat baik, dengan harga mencapai sekitar US$400 per ton. Namun, ia memprediksi bahwa kinerja tahun 2023 tidak akan sebaik tahun sebelumnya. Gilbert menyatakan, “Saya tidak tahu angka persisnya, tapi saya melihat (2023) akan setengahnya dibandingkan dengan 2022.”
Meskipun mengalami penurunan, Gilbert yakin bahwa perusahaan batu bara masih akan meraup keuntungan, mengingat harga batu bara yang masih tinggi meskipun mengalami koreksi, sementara beban produksi masih relatif rendah. Ia juga menambahkan bahwa Bank Dunia telah memproyeksikan harga batu bara akan tetap tinggi hingga tahun 2024, sekitar US$150 per ton.
Dengan berbagai faktor yang memengaruhi pergerakan harga batu bara, pasar masih akan terus mengalami fluktuasi dan menantikan perkembangan lebih lanjut dalam industri ini.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor