BeritaInvestor.id – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sedang mempertimbangkan rencana penggabungan Pelita Air Service (PAS) dan PT Citilink Indonesia, namun pelaksanaannya akan menunggu kesehatan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kembali pulih.
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, menjelaskan bahwa proses merger antara kedua maskapai ini akan bergantung pada kondisi keuangan Garuda Indonesia, yang saat ini sedang dalam tahap restrukturisasi. Garuda Indonesia memiliki mayoritas saham Citilink sebanyak 97,80%, sementara sisanya dimiliki oleh PT Aero Wisata.
“Kami perlu menyelesaikan permasalahan negative equity terlebih dahulu, karena akan sulit untuk mendapatkan leasing jika masalah ini belum diatasi,” kata Kartika.
Sebelum proses merger dimulai, Kementerian BUMN akan melakukan peninjauan terhadap struktur keuangan Garuda Indonesia, yang diharapkan selesai pada akhir tahun ini. Meskipun masih dalam tahap kajian, Tiko memastikan bahwa mereka telah menyiapkan dua opsi konsolidasi antara Pelita dan Citilink. Salah satunya adalah pengalihan lisensi penerbangan reguler Pelita Air Service ke Citilink Indonesia, sementara opsi lain adalah menyerahkan lisensi kepada PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney. Jika salah satu opsi tersebut dilaksanakan, Pelita Air Service akan fokus pada penerbangan charter atau sewa.
Tiko juga menyebut bahwa meskipun Garuda Indonesia masih menghadapi masalah negative equity, operasi maskapai, termasuk Citilink, GMF, dan Aero Wisata, sudah menunjukkan kinerja positif. Mereka akan terus memantau kondisi keuangan Garuda hingga mencapai minimum negative equity, dengan harapan penyelesaian masalah ini bisa terjadi pada kuartal I tahun depan.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor