BeritaInvestor.id – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Senin (18/9/2023). Penurunan ini terjadi seiring dengan pelemahan harga minyak nabati secara global, kenaikan harga minyak kedelai, dan minyak rapeseed.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BMD pada penutupan perdagangan hari Senin, kontrak berjangka CPO untuk bulan Oktober 2023 turun sebesar 51 Ringgit Malaysia per ton menjadi 3.678 Ringgit Malaysia per ton. Sementara itu, kontrak CPO bulan November 2023 mengalami koreksi sebesar 70 Ringgit Malaysia menjadi 3.715 Ringgit Malaysia per ton. Harga kontrak CPO bulan Desember 2023 juga melemah sebesar 81 Ringgit Malaysia menjadi 3.749 Ringgit Malaysia per ton, sedangkan kontrak CPO Januari 2024 turun 81 Ringgit Malaysia menjadi 3.790 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak CPO bulan Februari 2024 mengalami penurunan sebesar 80 Ringgit Malaysia menjadi 3.830 Ringgit Malaysia per ton, dan kontrak CPO bulan Maret 2024 jatuh 73 Ringgit Malaysia menjadi 3.861 Ringgit Malaysia per ton.
Kepala riset komoditas dari Sunvin Group, yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, menjelaskan bahwa kinerja yang lebih lemah ini terjadi sebagai akibat dari aksi penjualan minyak sawit berjangka, minyak kedelai, dan minyak rapeseed di China. Selain itu, ada juga tekanan penjualan yang baru terjadi pada minyak kedelai berjangka di Chicago Board of Trade (CBOT) selama jam perdagangan Asia.
Anilkumar juga menyoroti konfirmasi melemahnya kinerja ekspor minyak sawit Malaysia pada paruh pertama September. Hal ini telah meningkatkan dampak bearish pada pasar CPO. “Dengan ekspor yang lebih rendah dan bulan-bulan produksi yang lebih tinggi secara musiman, terdapat risiko persediaan minyak sawit Malaysia yang meningkat hingga mencapai sekitar 2,3-2,4 juta ton,” ungkap Anilkumar seperti yang dilaporkan oleh Bernama.
Selain itu, lembaga pengujian Intertek Testing Services memperkirakan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia selama periode 1-15 September mengalami penurunan sebesar 11,78% dibandingkan dengan periode 1-15 Agustus. Sementara itu, AmSpec memperkirakan penurunan sebesar 9,26%, dengan estimasi ekspor sebesar 574.936 ton, dan Societe Generale de Surveillance memperkirakan volume ekspor mencapai 601.196 ton, turun 9,68%.
Anilkumar juga menambahkan bahwa pasar saat ini menantikan data produksi dari Southern Peninsular Palm Oil Millers Association untuk periode 1-15 September.
Di sisi lain, pedagang minyak sawit, David Ng, mengungkapkan bahwa harga CPO mengalami penurunan pada hari tersebut, mengikuti pelemahan yang terjadi di Dalian Commodity Exchange dan harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT). “Ekspektasi peningkatan produksi juga dianggap membebani harga dalam waktu dekat. Kami melihat level support berada di 3.650 Ringgit Malaysia dan resistance di 3.900 Ringgit Malaysia,” katanya.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor