BeritaInvestor.id – Manajemen PT Bukalapak Tbk (BUKA), salah satu pelaku utama e-commerce di Indonesia, dijadwalkan akan bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pekan depan di Jakarta. Kunjungan ini dilakukan di tengah langkah strategis perusahaan untuk menghentikan layanan penjualan produk fisik di platformnya.
Airlangga mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut akan menjadi kesempatan bagi Bukalapak untuk menyampaikan laporan terkait keputusan transformasi bisnisnya. Namun, ia tidak memberikan rincian lebih lanjut terkait topik diskusi yang akan dibahas.
“Mereka ingin melaporkan, saya akan mendengarkan dulu. Mungkin minggu depan,” ujar Airlangga saat ditemui di kantornya, Kamis (9/1/2025).
Transformasi Bisnis Bukalapak
Bukalapak secara resmi mengumumkan penghentian penjualan produk fisik melalui marketplace mereka mulai 9 Februari 2025. Dalam pernyataan resminya, manajemen Bukalapak menjelaskan bahwa langkah ini dilakukan untuk mengarahkan fokus pada produk virtual.
“Kami akan lebih memusatkan perhatian pada produk-produk digital, seperti penjualan pulsa, token listrik, dan pembayaran BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, layanan penjualan produk fisik di Marketplace Bukalapak akan dihentikan,” tulis manajemen Bukalapak dalam keterangannya, Selasa lalu.
Seluruh pemesanan produk fisik di platform tersebut akan berakhir pada tanggal yang telah ditentukan. Bukalapak juga mengimbau para pelapak untuk mengikuti panduan yang telah disiapkan guna memastikan proses transisi berjalan lancar.
Sejarah IPO Terbesar Bukalapak
Sebelum memutuskan untuk menutup layanan marketplace, Bukalapak mencatatkan sejarah sebagai startup unicorn pertama di Asia Tenggara yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2021. Perusahaan berhasil menghimpun dana sebesar US$1,5 miliar atau hampir Rp22 triliun, menjadikannya IPO terbesar sepanjang sejarah bursa Indonesia.
Saat IPO, Bukalapak menawarkan hingga 25% sahamnya dengan harga penawaran di kisaran Rp750–850 per lembar saham. Namun, setelah IPO, perusahaan menghadapi tantangan besar, termasuk kinerja keuangan negatif dan anjloknya harga saham.
Gonjang-Ganjing Manajemen Bukalapak
Kondisi buruk pasca-IPO juga memicu berbagai perubahan manajemen di Bukalapak. Beberapa pendiri awal, seperti Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid, memutuskan mundur dari perusahaan. Setelah itu, strategi perusahaan mulai diarahkan oleh manajemen baru.
Pada 2020, posisi CEO diambil alih oleh Rachmat Kaimuddin, menggantikan Achmad Zaky. Namun, ia hanya menjabat selama sekitar satu tahun sebelum akhirnya mengundurkan diri untuk berkarir di pemerintahan. Kursi kepemimpinan kemudian diberikan kepada Willix Halim, yang sebelumnya menjabat sebagai COO.
Langkah transformasi yang diambil Bukalapak saat ini menjadi bagian dari upaya perusahaan untuk kembali memperkuat posisinya di pasar e-commerce dengan fokus baru pada layanan digital.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor