Penurunan Dow Jones Industrial Average pada hari Selasa dipengaruhi oleh pertimbangan Wall Street mengenai kemungkinan Kongres menyetujui kesepakatan sementara untuk meningkatkan batas utang Amerika Serikat. Di sisi komoditas, harga batubara, CPO, minyak, dan nikel turun akibat prospek situasi pasokan dan permintaan global yang lebih lemah.
Indeks Dow Jones turun 50,6 poin atau 0,15% menjadi 33.043, sementara Indeks Nasdaq naik 41,7 poin atau 0,32% menjadi 13.017. Indeks S&P 500 naik tipis 0,07 poin atau 0,00% menjadi 4.205.
Di pasar Eropa, FTSE 100 turun 105,1 poin atau 1,38% menjadi 7.522, DAX Jerman turun 43,8 poin atau 0,27% menjadi 15.909, dan CAC 40 Prancis turun 94,1 poin atau 1,29% menjadi 7.210.
Di Asia, Indeks Nikkei Jepang naik 94,6 poin atau 0,30% menjadi 31.328, HSI Hong Kong naik 44,7 poin atau 0,24% menjadi 18.596, dan Indeks Shanghai naik 2,8 poin atau 0,09% menjadi 3.224.
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 44,68 poin atau 0,67% menjadi 6.636,42. Saham-saham sektor energi, bahan baku, industri, non-siklikal, dan kesehatan juga mengalami penurunan. Namun, sektor siklikal, teknologi, transportasi, infrastruktur, keuangan, dan perbankan mengalami kenaikan.
Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat sedikit menjadi 14.985 per dolar, sedangkan nilai tukar Jisdor turun menjadi 14.969 per dolar.
Harga minyak turun tajam menjadi 69,61 dolar per barel, sedangkan harga emas naik menjadi 1.977,20 dolar per ons. Harga nikel turun menjadi 21.044,50 dolar per ton, sementara harga batubara turun di berbagai pasar.
Harga CPO (Crude Palm Oil) juga mengalami penurunan signifikan menjadi 3.405 ringgit per metrik ton. Harga komoditas lain seperti jagung, minyak kedelai, dan gandum juga mengalami penurunan.
Secara keseluruhan, pasar keuangan global mengalami fluktuasi sebagai dampak dari berbagai faktor ekonomi dan politik yang mempengaruhi sentimen investor.