BeritaInvestor.id – Pasar saham Asia menghadapi tekanan tajam pada Selasa (22/4/2025) setelah Wall Street terpuruk akibat kritik Presiden Donald Trump terhadap Gubernur The Fed Jerome Powell. Saham berjangka di Tokyo dan Sydney menunjukkan penurunan, sementara indeks Hong Kong stabil. S&P 500 AS anjlok hingga 2,5%, lantaran kekhawatiran pemecatan Powell yang bisa menggoncang independensi bank sentral.
Reaksi Pasar Global:
Indeks dolar mencapai level terendah 15 bulan, sementara emas tembus rekor US$3.400 per ons dan franc Swiss naik 1% terhadap greenback. Obligasi AS dengan imbal hasil 10 tahun menyentuh 4,41%, meski Trump menegaskan pembicaraan tarif sedang berjalan. Biaya perlindungan gagal bayar obligasi korporat AS pun melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari seminggu.
Risiko Volatilitas Besar:
Pernyataan Trump bahwa ‘hampir tidak ada inflasi’ memicu spekulasi pemecatan Powell. Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Kevin Hassett, menyebut Trump tengah mengevaluasi langkah tersebut. Ahli strategi Pepperstone, Michael Brown, memperingatkan: ‘Penurunan The Fed bisa memicu volatilitas ekstrem dan arus keluar drastis dari aset AS‘.
Pertanyaan atas Status Dolar:
Pendiri Elliott Investment Management, Paul Singer, menyebut dolar mungkin kehilangan status mata uang cadangan. Bank OCBC menilai intervensi Trump berpotensi ‘mengganggu kredibilitas The Fed dan erosi keyakinan terhadap dolar‘.
Pasar Asia dan Respon Global:
Nikkei 225 Jepang turun 1,3% karena yen menguat. China memperingatkan negara-negara agar tidak ambil pihak dalam perang dagang AS-Beijing. Sementara Bank of Japan tetap bertahan dengan kebijakan kenaikan suku bunga perlahan.
Berita Lainnya:
Harga minyak WTI merosot 2% di bawah US$64/barel, sementara pasar Eropa libur akibat hari besar. Tiga perusahaan AS rencana emiten obligasi tertunda, hanya American Express yang melanjutkan.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.