BeritaInvestor.id – Harga minyak global mencatat kenaikan pada Senin (2/9/2024), pulih dari penurunan yang terjadi pada akhir pekan lalu. Kenaikan ini didorong oleh berhentinya ekspor minyak dari Libya serta meredanya kekhawatiran pasar terhadap rencana peningkatan produksi oleh OPEC+ yang dijadwalkan mulai Oktober mendatang.
Harga Minyak Menguat
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) naik 49 sen atau 0,7%, ditutup pada level US$ 74,04 per barel pada pukul 19:24 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah Brent naik 59 sen atau 0,8%, menjadi US$ 77,52 per barel. Volume perdagangan pada hari tersebut relatif sepi, mengingat Senin adalah hari libur umum di pasar AS.
Pada Jumat (30/8/2024), harga minyak Brent dan WTI masing-masing turun 1,4% dan 3,1%, akibat kekhawatiran pasar terhadap peningkatan produksi OPEC+ dan penurunan permintaan dari AS dan China.
Gangguan Ekspor Libya
Salah satu faktor utama yang mendorong pemulihan harga minyak adalah gangguan ekspor di pelabuhan-pelabuhan utama Libya, yang terhenti pada Senin. Produksi minyak di seluruh negara tersebut juga dibatasi akibat ketegangan yang terus berlangsung antara faksi-faksi politik yang bersaing untuk menguasai bank sentral dan pendapatan minyak. National Oil Corporation (NOC) Libya juga menyatakan force majeure di ladang minyak El Feel mulai 2 September, yang menambah ketidakpastian pasokan dari negara tersebut.
Bjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas di SEB, menyatakan bahwa ketidakstabilan dalam produksi minyak Libya bisa memberikan kesempatan bagi tambahan pasokan dari OPEC+. Namun, ia juga mencatat bahwa fluktuasi seperti ini telah menjadi hal yang cukup normal selama beberapa tahun terakhir, dan kemungkinan gangguan ini hanya bersifat sementara.
Sementara itu, Perusahaan Minyak Teluk Arab Libya melanjutkan produksi sekitar 120 ribu barel per hari pada hari Minggu untuk memasok pembangkit listrik di pelabuhan Hariga, yang sedikit meredakan ketegangan.
Peningkatan Produksi OPEC+
Di sisi lain, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak mulai Oktober. Menurut enam sumber dari kelompok produsen tersebut, delapan anggota OPEC+ akan meningkatkan produksi sebesar 180 ribu barel per hari pada Oktober sebagai bagian dari rencana untuk mulai mengakhiri pemotongan pasokan terbaru mereka sebesar 2,2 juta barel per hari, sementara pemotongan lainnya akan tetap berlangsung hingga akhir 2025.
Analis di Price Futures Group, Phil Flynn, menyatakan bahwa berita tentang peningkatan produksi ini membantu menekan harga minyak minggu lalu, namun penurunan harga yang terjadi dinilai berlebihan. “Pasar bereaksi berlebihan terhadap seberapa besar pasokan yang akan datang, dan sekarang sepertinya pasar telah menempatkan laporan tersebut dalam perspektif,” ujar Flynn.
Kekhawatiran Terhadap Permintaan
Meskipun harga minyak berhasil pulih, Brent dan WTI telah mengalami kerugian selama dua bulan berturut-turut. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran terhadap permintaan minyak dari AS dan China, yang melebihi gangguan pasokan baru-baru ini di Libya dan risiko pasokan yang terkait dengan konflik di Timur Tengah.
Lebih lanjut, pesimisme terhadap pertumbuhan permintaan dari China semakin meningkat setelah sebuah survei resmi pada Sabtu (31/8/2024) menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur di negara tersebut turun ke level terendah dalam enam bulan pada Agustus. Penurunan ini terjadi akibat jatuhnya harga pabrik dan kesulitan yang dihadapi oleh pemilik pabrik dalam mendapatkan pesanan.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor