BeritaInvestor.id – Trimegah Bangun Persada (NCKL), anak usaha dari Harita Group yang bergerak di sektor pertambangan nikel, telah mempersiapkan dua smelter baru yang siap beroperasi dalam dua tahun mendatang. Perusahaan ini telah memiliki beberapa pabrik nikel yang beroperasi sebelumnya, termasuk pabrik nikel Sulfat pertama di Indonesia yang juga merupakan yang terbesar di dunia.
Presiden Direktur PT Trimegah Bangun Persada (NCKL), Roy Arman Arfandy, mengungkapkan bahwa dua smelter baru ini akan beroperasi di Pulau Obi. Dia menekankan lokasi strategis perusahaan di Pulau Obi dan juga bisnis terintegrasi yang dimiliki di sana. Selain itu, perusahaan ini menjadi kontributor utama bagi kehadiran tambang di Pulau Obi serta merupakan produsen nikel terbesar di pulau tersebut.
[tv-chart symbol=”IDX:NCKL” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”1″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Adapun dua proyek baru yang akan dioperasikan adalah pabrik nikel High Pressure Acid Leach (HPAL) kedua dan pabrik nikel Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ketiga yang dimiliki oleh perusahaan. Proyek HPAL kedua ini merupakan inisiatif perusahaan melalui PT Obi Nickel Cobalt (ONC) dengan kapasitas total mencapai 65 ribu ton logam per tahun. Produk yang dihasilkan adalah Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yaitu jenis nikel kelas 1 dengan kadar tinggi yang dapat digunakan dalam ekosistem kendaraan listrik.
Roy menyatakan bahwa proyek HPAL kedua telah dimulai sejak 2022 dan diharapkan akan beroperasi secara komersial untuk pertama kalinya pada kuartal kedua tahun depan. Sementara itu, pabrik RKEF ketiga milik perusahaan yang dilaksanakan melalui PT Karunia Permai Sentosa (KPS) masih dalam tahap awal, tetapi diharapkan akan beroperasi pada pertengahan tahun 2025.
Pabrik RKEF ini memiliki target kapasitas produksi tahunan hingga 185 ribu ton logam Ferronikel (FeNi). Selanjutnya, Roy juga mengungkapkan bahwa pabrik RKEF ini akan diintegrasikan dengan pabrik stainless steel di masa depan, namun tidak menyebutkan kerangka waktu untuk pabrik stainless steel tersebut.
Penambahan dua smelter baru ini diharapkan akan menjadi pendorong untuk penguatan kinerja keuangan perusahaan ke depan. Hingga akhir kuartal pertama tahun 2023, NCKL telah mencatatkan pendapatan sebesar Rp 4,79 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 1,37 triliun.
Pada sesi pertama perdagangan Selasa (25/7), saham NCKL dibuka menguat sebesar 2,78% ke level Rp 925/saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 58,37 triliun, menjadikannya salah satu perusahaan nikel paling bernilai di Bursa Efek Indonesia.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor