BeritaInvestor.id – Pada perdagangan hari pertama Agustus, harga batu bara mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik setelah gelombang panas berakhir. Seiring datangnya musim hujan di sebagian wilayah China, permintaan pendingin ruangan dan pembangkit listrik pun berkurang.
Harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup di posisi US$ 138,85 per ton, mengalami penurunan tipis sebesar 1,45%. Pelemahan harga batu bara ini terjadi karena sebelumnya harga mengalami penurunan sepanjang bulan Juli.
Pembangkit listrik di China mengalami lonjakan permintaan selama gelombang panas, namun krisis listrik tersebut kini sudah mereda. Selain itu, angin topan doksuri juga telah mempengaruhi operasi pertambangan di Tiongkok.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Meskipun ada sentimen positif dari stimulus ekonomi China yang berdampak pada peningkatan Purchasing Manager’s Index (PMI), namun hal ini tidak mampu mendorong penguatan harga batu bara.
India, sebagai konsumen batu bara terbesar kedua, juga turut berpengaruh pada koreksi harga. Perusahaan batu bara terbesar di India, Coal India Ltd (CIL), mencatatkan kenaikan volume produksi batu bara pada Juli 2023, yang berpotensi mempengaruhi kebutuhan impor India dan menyebabkan penurunan harga batu bara.
Dengan harga gas melonjak di Eropa karena perkiraan output angin yang rendah, harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) turun seiring harga batu bara.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor