BeritaInvestor.id – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan bahwa kinerja keuangan perusahaan produsen minyak kelapa sawit (CPO) akan mendapatkan dukungan dari kenaikan harga CPO yang disebabkan oleh cuaca kering El Nino yang berkepanjangan. Meskipun El Nino dapat memengaruhi operasional perkebunan kelapa sawit, penurunan produksi diharapkan akan mengerek harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) dunia.
Rizkia Darmawan, Analis Riset Mirae Asset, mengungkapkan bahwa El Nino mempengaruhi permintaan minyak nabati dunia, termasuk CPO, karena penurunan produksi global dapat mendorong harga komoditas ini naik di pasar. Saat ini, harga CPO telah naik menjadi sekitar RM3.800/ton sejak Juni hingga beberapa hari terakhir. Meskipun sempat turun hingga mencapai RM3.300/ton pada bulan Juni, harga CPO telah kembali naik sejak awal bulan ini.
Selain cuaca, faktor lain yang dapat mempengaruhi kenaikan harga CPO adalah perbandingannya yang masih lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, seperti minyak rapa (rapeseed), minyak kedelai, dan minyak biji matahari. Hal ini dapat mendorong peningkatan permintaan terhadap CPO, yang termasuk dalam kategori bahan makanan (soft commodity). Sebagian besar produsen CPO diperkirakan akan mendapatkan dampak positif dari kenaikan harga komoditas ini.
Namun, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan, termasuk dampak cuaca El Nino yang dapat mengganggu produksi, serta kebijakan pemerintah terkait harga minyak goreng domestik di tengah kenaikan harga CPO global.
Dampak kenaikan harga CPO juga akan dirasakan oleh beberapa produsen CPO yang masuk dalam lingkup riset Mirae Asset, seperti PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), dan PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS).
Di sektor komoditas tambang dan energi, kinerja perusahaan di industri batu bara diperkirakan akan mendapatkan kompensasi terhadap dampak El Nino. Sementara itu, industri nikel akan lebih diuntungkan dalam jangka panjang karena nikel digunakan sebagai bahan baku utama dalam baterai kendaraan listrik.
Rully Arya Wisnubroto, Senior Economist Mirae Asset, menambahkan bahwa kenaikan harga komoditas dunia, termasuk CPO dan minyak dunia, dapat menyebabkan kenaikan inflasi global. Hal ini dapat berdampak signifikan pada negara-negara maju yang berusaha untuk mengendalikan inflasi. Indonesia, yang berhasil meredam inflasi, mungkin akan tetap stabil hingga akhir tahun, meskipun ada kemungkinan bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga mereka.
Saat ini, tekanan tetap ada pada Rupiah, terutama dengan sentimen negatif terhadap pasar emerging market karena memburuknya kondisi ekonomi Tiongkok. Dalam menghadapi risiko fluktuasi mata uang, Bank Indonesia (BI) dan pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan untuk memperkuat sektor finansial dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap USD.
Disclaimer : Artikel ini hanya bersifat informasional dan tidak mengandung rekomendasi investasi.
