BeritaInvestor.id – Harga minyak mentah berhasil rebound pada Rabu (13/11/2024) setelah mencatat penurunan ke level terendah dua minggu sehari sebelumnya. Aksi short covering dari para investor turut mendongkrak harga, meski kenaikan masih tertahan oleh penguatan dolar AS yang berada di level tertinggi tujuh bulan.
“Proyeksi ini jelas bearish, dan pasar masih mencoba mencerna dampaknya,” ujar Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho.
Harga Brent dan WTI Naik Tipis Harga minyak mentah Brent ditutup naik 39 sen atau 0,54%, menjadi US$72,28 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 31 sen atau 0,46% ke US$68,43 per barel.
Revisi Proyeksi Permintaan OPEC Pengaruhi Pasar Minyak
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024 dan 2025. Ini merupakan revisi keempat berturut-turut akibat lemahnya permintaan dari negara-negara besar seperti China dan India.
Selain itu, Badan Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan produksi minyak AS akan mencapai rekor tertinggi 13,23 juta barel per hari tahun ini, sementara produksi global diprediksi mencapai 102,6 juta barel per hari.
Tekanan dari Ketegangan Geopolitik dan Penguatan Dolar AS
Di sisi lain, pasar minyak tetap berisiko terkena dampak dari ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Ahli strategi risiko politik independen, Clay Seigle, menjelaskan bahwa serangan Israel terhadap aset minyak Iran dapat terjadi jika konflik berlanjut. Kondisi ini berpotensi mengguncang pasokan minyak global.
Penguatan dolar AS ke level tertinggi tujuh bulan menambah tekanan pada harga minyak. Penguatan mata uang AS membuat minyak dalam denominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat menekan permintaan global.
“Penguatan dolar akibat inflasi AS yang sesuai ekspektasi mengindikasikan Federal Reserve akan tetap mempertahankan kebijakan suku bunga,” jelasnya.
Ekspektasi Data Stok Minyak AS
Pasar minyak juga menantikan data mingguan stok minyak dari American Petroleum Institute (API), yang diperkirakan menunjukkan peningkatan sebesar 100 ribu barel. Data resmi pemerintah AS akan dirilis Kamis (14/11/2024) dan diprediksi akan memberikan gambaran tambahan terkait kondisi pasar minyak saat ini.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor