BeritaInvestor.id – Harga batu bara terus menunjukkan kekuatan dengan melanjutkan serangkaian penguatan selama sembilan hari beruntun. Tidak hanya itu, harga batu bara juga berhasil bertahan di atas level psikologis penting yaitu US$150 per ton. Peningkatan ini mengingatkan pada situasi serupa yang terjadi bulan Juli lalu, ketika harga batu bara juga berada di zona positif selama sembilan hari berturut-turut.
Kenaikan kali ini membawa harga batu bara mencapai level tertinggi sejak 23 Mei 2023, hampir tiga bulan yang lalu. Peningkatan harga batu bara ini juga terkait dengan keputusan yang akan diambil oleh pekerja gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) Australia, yang rencananya akan mengadakan pengambilan suara pada hari Jumat (18/6/2023).
Data dari Refinitiv menunjukkan bahwa harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup pada posisi US$156,00 per ton dengan kenaikan sebesar 0,58%. Sejak awal bulan Agustus, harga batu bara telah melonjak sebesar 12,3% dari level US$138,85.
Keputusan pekerja di fasilitas Chevron Gorgon dan Wheatstone di Australia untuk mengambil tindakan mogok kerja telah menjadi perhatian. Pekerja ini akan memberikan suara terkait perselisihan mengenai upah dan kondisi kerja mereka. Regulator ketenagakerjaan Australia telah membuka jalan bagi aksi mogok di fasilitas ini dengan melakukan “pemilihan suara yang dilindungi.”
Pentingnya pengambilan suara ini terkait dengan dampak yang signifikan pada harga komoditas energi. Berkurangnya produksi di fasilitas ini berpotensi mengganggu pasokan Australia, termasuk gas alam cair yang juga merupakan sumber energi penting. Hal ini dapat berdampak pada kenaikan harga gas jika pasokan terhenti.
Selain faktor lokal, sentimen dalam pasar global batu bara juga dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan batu bara termal di Asia. Diprediksi bahwa pasar ini akan mengalami pelemahan dalam minggu ini, dengan para pembeli cenderung mengambil sikap “wait and see” menunggu sinyal positif yang lebih kuat.
Di sisi lain, permintaan listrik dan aktivitas industri di Asia, khususnya China, mengalami pelemahan. Penurunan permintaan listrik terkait dengan musim panas di China, sementara harapan akan kenaikan harga batu bara domestik juga belum terwujud.
Kondisi ini juga terlihat di India, di mana tingginya penggunaan bahan bakar energi, termasuk batu bara, menyebabkan peningkatan emisi karbondioksida yang tertinggi sepanjang sejarah. Pemakaian campuran batu bara domestik dan impor sebagai bahan bakar energi untuk pembangkit listrik berkontribusi pada peningkatan emisi.
Dalam konteks ini, pasar batu bara terus menunjukkan pergerakan yang dinamis, dipengaruhi oleh sejumlah faktor global dan lokal yang kompleks. Keputusan pekerja di Australia dan perkembangan industri energi di berbagai negara menjadi faktor penting dalam membentuk tren harga dan pasokan di pasar komoditas ini.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor