BeritaInvestor.id – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengkritik tingginya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) non-subsidi yang ditawarkan oleh bank-bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) jika dibandingkan dengan bank swasta. Basuki menyoroti perbedaan suku bunga antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA).
“Mandiri itu (suku bunga KPR) 9 persen, itu kan masih mahal. Padahal, BCA (hanya) 5%,” ujar Basuki saat menghadiri acara Proptech Convention & Expo di Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Jumat (23/8/2024).
Upaya Pemerintah untuk Menurunkan Suku Bunga KPR
Basuki menyampaikan bahwa pemerintah akan berupaya menurunkan suku bunga KPR sebagai langkah untuk memudahkan masyarakat dalam memiliki hunian. Selama ini, pemerintah telah mengandalkan program subsidi rumah melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Namun, Basuki menekankan pentingnya bank-bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) untuk lebih efisien dalam memberikan kredit dengan suku bunga yang lebih terjangkau.
“Menurunkan (suku bunga KPR) mungkin itu yang akan kita kejar. Jadi, itu memang harus lebih efisien bank-bank Himbara untuk bisa memberikan kredit dengan bunga yang lebih terjangkau,” tambah Basuki.
Keberhasilan Program Sejuta Rumah dan Penambahan Kuota FLPP
Selain itu, Basuki juga menyoroti kesuksesan program rumah murah pemerintah, yang merupakan bagian dari Program Sejuta Rumah (PSR) yang telah dicanangkan sejak 2015 oleh Presiden Joko Widodo. Hingga akhir Juli 2024, program ini telah mencapai 617.622 unit rumah atau sekitar 59,23 persen dari target nasional, dengan rincian 484.119 unit rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 133.503 unit non-MBR di seluruh Indonesia.
Saat ini, kuota FLPP telah habis, namun Basuki mengonfirmasi bahwa pemerintah akan menambah kuota tersebut pada bulan September. Meskipun demikian, penambahan jumlah unit rumah masih menunggu persetujuan dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani, sehingga jumlah pastinya belum dapat dipastikan.
Basuki juga menegaskan bahwa harga rumah sekitar Rp160 juta untuk FLPP masih cukup terjangkau, yang terbukti dari cepat habisnya kuota FLPP pada bulan Juli 2024.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor