BeritaInvestor.id – PT MD Pictures Tbk, salah satu Perusahaan Entertaiment Indonesia, terus melebarkan sayapnya dengan mengakuisisi beberapa perusahaan, salah satunya PT Barakuda Film Galeri Indonesia. Saat ini, PT MD Pictures Tbk telah memiliki banyak anak perusahaan, termasuk PT PAW PIC Studio Indonesia, PT Jakarta Film Studio, dan PT Barakuda Film Galeri Indonesia. Dengan melakukan akuisisi FTA tradisional, diharapkan MD Pictures dapat meningkatkan distribusi konten perusahaan yang didirikan Dhamoo Punjabi dan Manoj Punjabi tersebut. Selain itu, akuisisi ini juga diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi MD Pictures, membuka peluang untuk terus tumbuh dan berkembang di industri hiburan Indonesia. Dengan langkah ini, MD Pictures menunjukkan potensi dan ambisi mereka dalam menghadirkan konten berkualitas dan beragam kepada penonton serta memperluas pangsa pasar di dalam negeri dan internasional.
Pergerakan M&A di dunia media sebenarnya telah berlangsung sejak 1989, ketika Sony Corp mengakuisisi Columbia Pictures dengan nilai US$3,4 miliar. Di Indonesia, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) telah aktif melakukan akuisisi berbagai perusahaan media, termasuk sejumlah stasiun TV FTA seperti RCTI dan GTV.
Dengan peralihan dunia ke sektor digital, para analis dari Samuel Sekuritas Indonesia, termasuk Muhammad Farras Farhan, melihat adanya peluang bagi media digital dan pembuat konten untuk melakukan akuisisi terhadap perusahaan FTA. Terjun bebasnya saham-saham FTA seperti SCMA (-17,79% YTD), NETV (-30,7% YTD), dan MNCN (-12,75% YTD) telah menurunkan valuasi perusahaan-perusahaan tersebut.
Akuisisi perusahaan FTA juga akan membawa keuntungan dalam mengambil alih pangsa iklan, yang akan membantu meningkatkan pangsa pasar dan memberikan sumber pendapatan baru untuk mendukung keberlanjutan perusahaan. Sebagai contoh, SCMA dengan pangsa iklan 34,3% berhasil mencatat laba bersih Rp354 miliar pada kuartal I-2023. Namun, ada beberapa divisi seperti Vidio, OOH, dan iklan digital yang masih mengalami kerugian, sehingga valuasi bisnis SCMA mencapai P/E 12,9 kali.
Dengan asumsi diskon 30% untuk valuasi saat ini, total valuasi bisnis FTA SCMA diharapkan mencapai Rp3,2 triliun, yang bisa menarik minat pemain media baru untuk melakukan akuisisi melalui penggalangan dana atau utang.
Muhammad Farras optimis terhadap pemain media baru, yang meski masih berskala kecil, menawarkan pertumbuhan yang kuat. Dalam waktu dekat, ada potensi M&A di mana pemain media baru dapat mengakuisisi pemain lama. Dia menyebut PT MD Pictures Tbk (FILM) sebagai perusahaan yang potensial untuk membuktikan tesisnya, karena akuisisi FTA tradisional akan membantu meningkatkan distribusi konten perusahaan tersebut dan memberikan sumber pendapatan baru bagi MD Pictures.
[tv-chart symbol=”IDX:film” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”1″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Namun, Samuel Sekuritas memberikan rating “hold” untuk MNCN dengan target harga Rp700, sementara SCMA diberi rating “sell” dengan target harga Rp130. Mereka meyakini MNCN dapat mempertahankan pangsa iklan yang menguntungkan dan mengembangkan bisnis digitalnya lebih jauh, meskipun pertumbuhannya mungkin tidak sekuat sebelumnya. Sementara itu, SCMA dihadapkan pada kesulitan dalam mengembangkan bisnis FTA karena lonjakan biaya penyiaran dan potensi rendahnya pendapatan iklan.
Berdasarkan data terbaru Nielsen, AdEx Indonesia diproyeksikan mencapai US$4,8 miliar pada tahun ini, dengan pertumbuhan 7,5% (YoY). Iklan online menjadi kontributor utama, mencapai US$2,18 miliar atau 45,5% dari total AdEx dengan pertumbuhan 12,2% (YoY). Industri FMCG tetap menjadi pembelanja iklan terbesar di Indonesia dengan kontribusi sekitar 48,9% dari total AdEx, diikuti oleh industri telekomunikasi & teknologi sebesar 14,9%.
Menurut Muhammad Farras, media digital menawarkan potensi pertumbuhan yang lebih menguntungkan daripada FTA. Belanja iklan di media sosial dan platform digital lainnya menghasilkan angka ROI rata-rata sekitar 95%, dibandingkan dengan iklan di TV yang lebih mahal. Perubahan tren belanja iklan ini akan memberikan manfaat bagi pemain media digital dan menjadikan mereka sebagai objek investasi yang lebih menarik daripada media konvensional.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor