BeritaInvestor.id – Manoj Punjabi, pendiri dan CEO MD Pictures, telah menjadi miliarder setelah kesuksesan film horornya “KKN di Desa Penari”. Film tersebut menjadi film lokal terlaris sepanjang masa di Indonesia, dan saham Punjabi di MD Pictures telah meningkat 186% sejak perilisannya. Punjabi kini menggunakan kekayaan barunya untuk membangun kerajaan film ala Hollywood di Indonesia.
Kesuksesan Punjabi merupakan sebuah perubahan yang luar biasa bagi produser film tersebut, yang pernah dipecat dari pekerjaannya di perusahaan pulp dan kertas. Setelah kesalahan awal tersebut, ia bergabung dengan ayahnya, Dhamoo, dan pamannya, Raam Punjabi, di bisnis film pada tahun 1995.
Keluarga tersebut sudah terkenal di kalangan hiburan di negara Asia Tenggara tersebut. Raam, yang dikenal sebagai “Raja Sinetron Indonesia”, telah mendominasi sinetron berdurasi pendek yang dikenal sebagai sinetron dengan PT Tripar Multivision Plus-nya di tahun 1990-an. Namun, pada tahun 2002, Manoj dan ayahnya berpisah dengan Raam untuk membentuk perusahaan mereka sendiri, MD Group.
Seperti pamannya, Manoj awalnya memproduksi sinetron sebelum melebarkan sayap ke film lima tahun kemudian. Namun, film pertama pendatang baru tersebut gagal.
“Saya pikir saya sudah melakukannya dengan baik, jadi mari kita buat saja film,” kata Punjabi. “Tapi saya pergi ke bioskop dan hanya melihat tujuh atau delapan orang di penonton.”
Sebuah titik balik terjadi pada tahun 2008 ketika MD Pictures merilis film yang memecahkan rekor box office yang telah dipegang oleh Titanic karya James Cameron selama satu dekade di Indonesia, kata Punjabi. Sejak itu, perusahaan telah memproduksi beberapa film paling populer di negara tersebut. Langkah besar lainnya datang ketika Punjabi mencatatkan perusahaannya di Jakarta pada tahun 2018.
Semua itu mendorong Tencent Holdings Ltd. untuk membeli 15% saham MD Pictures seharga sekitar $50 juta pada tahun 2021, sebuah langkah yang didorong oleh keinginan raksasa teknologi China tersebut untuk memiliki pijakan di Indonesia serta popularitas platform streaming video perusahaan tersebut, menurut Punjabi.
Dua dekade sejak didirikan, Punjabi menjadi nama rumah tangga di industri hiburan dan media Indonesia, yang merupakan pasar terbesar ke-15 di dunia dengan pendapatan $13 miliar, menyaingi Brasil, Meksiko, dan Spanyol, menurut laporan PwC. Pendapatannya diproyeksikan tumbuh 7,7% hingga tahun 2027 di tengah perkiraan lonjakan pengeluaran konsumen serta permintaan layanan streaming.
Boom bioskop dan streaming di negara tersebut memungkinkan Punjabi untuk menghabiskan kekayaan barunya. Punjabi mengadakan pesta bertema The Greatest Showman di Bali pada tahun lalu untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-50 dan ulang tahun ke-20 perusahaannya. Tamu-tamunya termasuk miliarder batu bara Garibaldi Thohir, mantan menteri perdagangan Enggartiasto Lukita, dan selebriti lokal.
Dalam sebuah wawancara video yang diposting di YouTube tiga tahun lalu, miliarder tersebut memberikan tur ke rumahnya, yang memiliki gym, sauna, bar, spa, dan salon rambut. Rolls-Royce dan Bentley-nya terlihat diparkir di jalan masuk.
“Anda harus gagal untuk berhasil. Saya masih gagal dan itulah dasar kesuksesan saya,” kata Punjabi dalam video tersebut.
Sementara itu, pamannya Manoj, Raam, juga telah diuntungkan dari booming tersebut. Ia mencatatkan PT Tripar Multivision Plus pada bulan Mei. Sahamnya telah naik 193% sejak itu, meningkatkan nilai kepemilikan 84% yang dipegang oleh Punjabi yang lebih tua menjadi $229 juta, menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan pengajuan.
“Keluarga Punjabi adalah ‘Hollywood Indonesia’,” kata Satrya Wibawa, kepala Pusat Industri Kreatif di Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga. “Mereka bekerja dengan sebagian besar sutradara terkenal serta memperkenalkan sebagian besar aktor dan aktris yang diakui dalam sejarah industri film Indonesia.”
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor