BeritaInvestor.id – Harga minyak mentah mengalami lonjakan signifikan pekan lalu akibat meningkatnya ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran. Ketegangan ini memicu kekhawatiran pasar mengenai stabilitas pasokan energi global, yang tercermin dalam kenaikan harga minyak sebesar 10%, hingga mencapai $78 per barel.
Peningkatan harga yang tajam ini mencerminkan reaksi cepat pasar terhadap ketidakpastian yang dihasilkan oleh konflik di Timur Tengah, wilayah yang selama ini memegang peranan penting dalam produksi dan distribusi minyak dunia. Jika konflik terus tereskalasi, seperti adanya potensi serangan terhadap infrastruktur energi Iran atau upaya pembalasan Iran dengan memblokir Selat Hormuz, dampaknya terhadap harga minyak global bisa sangat signifikan.
Kritikalnya Selat Hormuz bagi Perdagangan Minyak Dunia
Selat Hormuz adalah jalur vital bagi 30% perdagangan minyak mentah dunia dan 20% gas alam cair. Jika jalur ini terganggu, hal tersebut akan langsung mempengaruhi pasokan minyak global. Meskipun OPEC+ dan negara-negara produsen minyak besar lainnya memiliki cadangan minyak yang cukup untuk menutupi kekurangan pasokan dalam jangka pendek, ketegangan yang berkepanjangan di kawasan tersebut bisa memicu kenaikan harga minyak hingga mencapai $100 per barel atau bahkan lebih.
Kapasitas Cadangan yang Mencukupi, Tapi Risiko Tetap Tinggi
Saat ini, pasar minyak global masih relatif stabil berkat kapasitas cadangan yang melimpah dari negara-negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Namun, risiko ketidakstabilan tetap tinggi. Eskalasi konflik yang melibatkan lebih banyak negara di kawasan Timur Tengah berpotensi memicu guncangan lebih lanjut di pasar minyak, membuat harga minyak melonjak ke level yang lebih tinggi dari sekarang.
Meskipun ada kapasitas cadangan, ketegangan geopolitik yang semakin memanas dapat menjadi tantangan besar bagi stabilitas harga minyak global dalam beberapa bulan mendatang.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor