BeritaInvestor.id – Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa likuiditas perbankan di Indonesia telah mengalami peningkatan signifikan sebesar Rp255,8 triliun hingga periode Juni 2024. Lonjakan ini disumbang oleh perluasan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) yang digagas oleh BI. Perluasan ini memberikan insentif berupa pengurangan giro bank dalam pemenuhan giro wajib minimum (GWM) dengan nilai maksimal mencapai 4%.
Perluasan Sektor Penerima Insentif
Dibandingkan dengan posisi Maret 2024 yang sebesar Rp165 triliun, tambahan likuiditas ini menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Hal ini dimungkinkan dengan perluasan sektor penerima kredit yang dilakukan oleh BI. Awalnya, insentif KLM hanya diberikan kepada sektor hilirisasi minerba, namun kini telah diperluas hingga mencakup sektor-sektor lain seperti:
- Pertanian dan pangan
- Industri
- Listrik, gas, dan air
- Perumahan dan properti
- Otomotif
- Green sector
- Pariwisata dan ekonomi kreatif
Peluang di Sektor Perumahan
Kepala Grup Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI, Nugroho Joko Prastowo, menjelaskan bahwa dari sektor-sektor tersebut, sektor perumahan masih memiliki potensi besar untuk digenjot penyaluran insentifnya.
Meskipun diakui bahwa sektor ini membutuhkan waktu yang lebih lama karena proses pembangunan rumah atau properti, Joko menegaskan bahwa peluang untuk meningkatkan penyaluran insentif di sektor ini masih terbuka lebar.
Data Insentif Sektoral KLM (Juni 2024)
Berikut adalah rincian distribusi insentif KLM per sektor hingga Juni 2024:
- Hilirisasi: Rp66,7 triliun
- Perumahan: Rp19,8 triliun
- Pariwisata & Ekonomi Kreatif: Rp28,5 triliun
- Otomotif, Perdagangan, LGA, Jasa Sosial: Rp40,6 triliun
- RPIM/Pembiayaan inklusif: Rp55,2 triliun
- Ultramikro (UMi): Rp19,6 triliun
- Green: Rp25,3 triliun
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor