BeritaInvestor.id – Harga minyak mentah dunia kembali menjadi sorotan dengan pergerakan yang tidak konsisten pada awal perdagangan Jumat (22/9/2023), mengikuti penurunan tiga hari berturut-turut sebelumnya. Minyak mentah jenis WTI dibuka dengan pelemahan tipis sebesar 0,01% di posisi US$89,62 per barel, sementara minyak mentah Brent dibuka dengan kenaikan sebesar 0,08% ke posisi US$93,37 per barel.
Pada sesi perdagangan sebelumnya, tepatnya pada Kamis (21/9/2023), harga minyak WTI mengalami penurunan sebesar 0,72% dan berakhir di posisi US$89,63 per barel, sementara minyak Brent juga terkoreksi sebesar 0,25% ke posisi US$93,3 per barel.
Penurunan harga minyak tersebut terjadi setelah pergerakan fluktuatif pada hari Kamis, dimana harga sempat naik sekitar US$1 per barel setelah Rusia mengumumkan larangan ekspor bahan bakar yang berdampak pada pasar internasional. Langkah tersebut dilakukan oleh Rusia untuk menstabilkan pasar bahan bakar dalam negeri dengan melarang ekspor bensin dan solar ke semua negara di luar empat negara bekas Uni Soviet.
Keterbatasan pasokan ini memicu kenaikan harga minyak pemanas berjangka Hoc1 hingga hampir 5% pada hari Kamis. Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, menyatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar diesel dan gas, yang diakibatkan oleh larangan ekspor Rusia, memiliki potensi untuk memberikan dorongan pada pasar minyak mentah.
Namun, situasi ekonomi global juga berdampak signifikan pada pergerakan harga minyak. Keputusan The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat untuk mempertahankan suku bunga sementara tetapi memperketat sikap hawkishnya dengan proyeksi kenaikan suku bunga di akhir tahun telah menghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar secara keseluruhan.
Selain itu, penguatan Dolar AS yang mencapai level tertinggi sejak awal Maret membuat minyak dan komoditas lainnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Klaim tunjangan pengangguran AS yang turun ke level terendah dalam delapan bulan juga menjadi faktor lain yang diperkirakan akan mendorong kenaikan suku bunga.
Bank of England (BoE) juga mengikuti kebijakan The Fed dengan mempertahankan suku bunga pada hari Kamis, meskipun mengakui penurunan inflasi yang terjadi baru-baru ini. Sementara itu, bank sentral Norwegia secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuannya dan mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada bulan Desember 2023.
Meskipun demikian, harga minyak tetap didukung oleh kekhawatiran mengenai ketatnya pasokan global menjelang kuartal keempat. Stok minyak mentah AS di Cushing, yang merupakan pusat pengiriman WTI, berada pada level terendah sejak Juli 2022 karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya mempertahankan pengurangan produksi. Dengan demikian, pergerakan harga minyak tetap menjadi salah satu isu penting dalam dinamika pasar global saat ini.
Disclaimer : Artikel ini hanya bersifat informasional dan tidak mengandung rekomendasi investasi.