BeritaInvestor.id – PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY), yang lebih dikenal sebagai Primaya Hospital, baru-baru ini mengumumkan pencapaian kinerja keuangan mereka per 30 September 2023. Data keuangan ini menggambarkan pertumbuhan yang mengesankan dalam beberapa aspek utama.
Hingga akhir kuartal III-2023, pendapatan bersih perusahaan mencapai Rp 1,35 triliun, mencerminkan peningkatan sebesar 21,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang berada di angka Rp 1,11 triliun.
Namun, ada peningkatan dalam beban pokok pendapatan dari Rp 841,47 miliar menjadi Rp 959,66 miliar. Meskipun demikian, laba bruto berhasil mencapai Rp 396,88 miliar, meningkat signifikan dari angka Rp 278,47 miliar pada September tahun sebelumnya.
Dalam periode Januari-September 2023, PRAY mencatatkan laba usaha sebesar Rp 174,06 miliar, dibandingkan dengan angka Rp 90,81 miliar pada periode yang sama tahun 2022. Sementara itu, laba periode berjalan mencapai Rp 178,12 miliar, melonjak dari angka Rp 46,04 miliar.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 174,18 miliar pada akhir kuartal III-2023, mengalami pertumbuhan yang luar biasa sebesar 286,8% dari angka Rp 45,03 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba per saham dasar juga menunjukkan peningkatan signifikan, mencapai Rp 12,48, dibandingkan dengan Rp 3,47 per 30 September 2022.
Secara keseluruhan, per 30 September 2023, total aset PRAY mencapai Rp 4,42 triliun, sementara liabilitas mencapai Rp 1,54 triliun, dan ekuitas sebesar Rp 2,88 triliun.
Primaya Hospital melakukan pencatatan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 8 November 2022, hanya sekitar satu tahun yang lalu. Perusahaan ini telah sukses menggelar initial public offering (IPO) dengan harga Rp 900 per saham.
Meskipun demikian, saham PRAY mengalami stagnasi pada perdagangan 27 Oktober 2023, ditutup pada angka Rp 695. Dalam periode year to date (ytd), saham PRAY mengalami penurunan sebesar 9,74%.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor