BeritaInvestor.id – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange mengalami koreksi pada sesi awal perdagangan pada Rabu (23/8/2023). Koreksi ini merupakan kelanjutan dari pelemahan yang terjadi sejak perdagangan kemarin.
Menurut data dari Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan merosot sebesar 0,98% menjadi posisi MYR 3.828 per ton pada pukul 08:00 WIB. Pelemahan ini semakin memperdalam tren negatif harga CPO yang kembali turun ke level 3.800.
Pada perdagangan Selasa (22/8/2023), harga CPO mengalami penurunan sebesar 1,78% menjadi posisi MYR 3.866 per ton. Dalam dua hari perdagangan, harga CPO sudah melemah sebesar 0,13%, meskipun secara tahunan masih mengalami koreksi sebesar 7,38%.
Penurunan harga CPO ini dipengaruhi oleh pelemahan harga minyak nabati saingannya. Meskipun demikian, data ekspor yang kuat mampu membantu membatasi kerugian.
Anilkumar Bagani, kepala riset broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, mengungkapkan, “Minyak sawit mentah berjangka terlihat diperdagangkan lebih rendah hari ini karena likuidasi panjang mengikuti pelemahan minyak kedelai berjangka di CBOT semalam.”
Pergerakan harga kontrak berjangka minyak nabati Tiongkok dan kontrak berjangka kedelai di CBOT pada jam perdagangan Asia didukung oleh data polong kedelai AS yang lebih besar, yang mempengaruhi pergerakan harga minyak kelapa sawit.
Dalam konteks produksi, pabrik South Peninsular Palm Oil Mills Association menunjukkan pemulihan yang lebih baik dari perkiraan selama 1-20 Agustus, dengan kenaikan sebesar 7% dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, Malaysia mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah sebesar 8% untuk bulan September dan meningkatkan harga acuannya, menurut surat edaran dari Dewan Minyak Sawit Malaysia.
Dari segi ekspor, produk minyak sawit Malaysia pada 1-20 Agustus mengalami kenaikan antara 9,8% hingga 17,4% dibandingkan bulan sebelumnya, berdasarkan data dari surveyor kargo Intertek Testing Services dan Amspec Agri.
Sementara itu, mata uang perdagangan sawit, ringgit Malaysia (MYR), mendekati titik terendah dalam lebih dari satu bulan sejak Kamis lalu. Kelemahan ringgit membuat minyak sawit menjadi lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.
Analis teknikal Wang Tao yang diikuti dari Reuters menyatakan bahwa minyak sawit mungkin akan menguji kembali level support di MYR 3.861 per metrik ton. Jika level ini tertembus, maka kemungkinan akan terbuka jalan menuju level MYR 3.778.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor