BeritaInvestor.id – Pada Kamis (19/10/2023), harga minyak WTI (West Texas Intermediate) mencapai angka US$ 86,28 per barel, mengalami kenaikan sekitar 7,8% dalam dua pekan terakhir. Kenaikan harga minyak ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan di wilayah Palestina-Israel, yang telah memicu kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan minyak.
Paolo Liszman, Head Research & Development Deu Calion Futures (DCFX), mengamati bahwa ketegangan di Timur Tengah menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak. Selain itu, data terbaru dari Badan Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah AS pada pekan sebelumnya, yang menandakan permintaan yang kuat.
Dalam pandangannya, Paolo memperkirakan bahwa harga minyak masih memiliki potensi untuk terus naik, terutama jika ketegangan di Timur Tengah berlanjut dan permintaan global pulih dari dampak pandemi. Namun, pelaku pasar juga perlu waspada terhadap perubahan situasi di pasar minyak global.
Ariston Tjendra, seorang Pengamat Pasar Keuangan, melihat bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah dapat mendorong harga minyak WTI mencapai kisaran US$ 93 hingga US$ 95 per barel. Sebaliknya, penurunan tensi konflik dapat mengakibatkan penurunan harga minyak ke sekitar US$ 82 per barel. Dukungan untuk penurunan harga juga datang dari AS yang telah melonggarkan sanksi terhadap Venezuela terkait ekspor minyak mentah, yang akan menambah pasokan.
Namun, perlu dicatat bahwa OPEC dapat beradaptasi dengan situasi pasar dan meningkatkan pasokan jika harga mendekati US$ 100 per barel. Suku bunga tinggi AS juga dapat memengaruhi harga minyak karena menguatnya dolar AS. Selain itu, isu pelambatan ekonomi global juga dapat berdampak pada harga minyak mentah. Dengan sejumlah faktor ini, pergerakan harga minyak akan terus menjadi sorotan pasar.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor