Bank Sentral Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan pada level 5,25% dalam rapat FOMC bulan ini. Keputusan ini diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi pasar keuangan di Indonesia. Menurut Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, hal ini akan menguatkan pasar keuangan global dalam jangka pendek.
Josua menjelaskan bahwa pelemahan indeks dolar sepanjang bulan Juni 2023, sekitar 1,3% (month to date), setelah mengalami kenaikan sekitar 2,6% pada bulan Mei 2023, akan memberikan dampak positif bagi pasar keuangan domestik. Investor asing diperkirakan akan tertarik untuk berinvestasi dalam pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN). Pelemahan indeks dolar ini mendorong aliran modal masuk ke pasar SBN, dengan kepemilikan investor asing meningkat sekitar US$ 496,8 juta pada bulan Juni ini, meskipun terjadi penjualan bersih di pasar saham sebesar US$ 113,3 juta.
Selain itu, nilai tukar rupiah juga menguat sekitar 93 poin atau 0,6% (mtm) menjadi Rp 14.900 per dolar AS hingga pertengahan Juni 2023. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung naik sekitar 69,1 poin atau 1% (mtm) selama bulan Juni ini. Sektor transportasi dan logistik mencatatkan penguatan terbesar sebesar 7,4% (mtm), meskipun sektor teknologi mengalami koreksi sebesar 4,2% (mtm).
Josua menegaskan bahwa suku bunga The Fed yang tetap pada level 5,25% dalam rapat FOMC bulan ini akan berdampak pada pergerakan nilai tukar dan yield Surat Utang Negara (SUN). The Fed tidak lagi memproyeksikan adanya resesi di AS pada tahun 2023 dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% pada akhir tahun tersebut, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 0,4%. Tingkat pengangguran juga diproyeksikan sebesar 4,1%, turun dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 4,5%.
Meskipun The Fed saat ini menghentikan kebijakan hawkish-nya, bank sentral AS tetap berkomitmen untuk menyelesaikan kebijakan yang telah ditetapkan. Para ekonom Bahana menganggap kebijakan The Fed yang cenderung hawkish ini sebagai risiko makro terbesar saat ini. Terutama terkait dengan pengetatan likuiditas global dan pengisian ulang Treasury General Account (TGA) AS, yang terjadi bersamaan dengan peningkatan penerbitan surat utang AS setelah kesepakatan plafon utang.
Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,25% telah mempertimbangkan kondisi ekonomi di AS. Inflasi AS pada Mei 2023 mencapai 4% (year on year), yang merupakan angka terendah sejak April 2021 setelah mencapai level tertinggi 9,1% pada Juni 2022. Selain itu, kondisi pasar tenaga kerja AS juga menunjukkan kecenderungan yang lebih longgar, dengan tingkat pengangguran pada bulan Mei 2023 mencapai 3,7%, sementara jumlah klaim pengangguran pada awal Juni melebihi perkiraan.