BeritaInvestor.id – Dalam situasi pergerakan nilai tukar rupiah yang sedang terjadi saat ini, tim Menteri Keuangan yang dipimpin oleh Sri Mulyani Indrawati telah melakukan analisis mendalam. Mereka tidak hanya memperkirakan pergerakan ini, tetapi juga telah mengantisipasi dampaknya serta menyusun rencana-langkah strategis untuk menghadapinya.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, mengungkapkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah masih sesuai dengan skenario yang telah diperhitungkan oleh pemerintah. Dengan demikian, ia meyakinkan bahwa dampak pelemahan ini tidak akan berdampak besar terhadap beban belanja, pembiayaan, atau penerimaan negara.
“Kita sudah mempersiapkannya, dan untuk tahun 2023 ini, kami telah melakukan proyeksi yang matang sehingga kami tetap bisa menjaga stabilitas,” jelas Febrio.
Saat ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan, mencapai posisi Rp 15.337/US$1. Mata uang rupiah melemah sekitar 0,83% terhadap dolar AS. Ini adalah level terendah sejak Maret 2023, dan pelemahan ini merupakan yang terdalam dalam enam bulan terakhir sejak Februari 2023.
Febrio juga menekankan bahwa tekanan pelemahan rupiah tidak akan membengkakkan kembali beban subsidi. Ini disebabkan oleh rata-rata pergerakan rupiah yang masih berada dalam kisaran Rp 15.100 per dolar AS sepanjang tahun ini.
Selain itu, Febrio menegaskan bahwa tekanan pelemahan rupiah ini tidak akan mengakibatkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) membengkak. Menurutnya, APBN masih tetap dapat dijaga pada level 2,28% hingga akhir tahun 2023, sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Dengan proyeksi akhir tahun sebesar 2,28%, kami telah mengambil pendekatan konservatif. Ini berarti kami telah mempersiapkan berbagai skenario dengan matang,” ungkap Febrio.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor