BeritaInvestor.id – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya pengembangan industri sagu sebagai alternatif sumber karbohidrat dan potensi besar Indonesia sebagai pemasok pati terbesar di dunia. “Indonesia menduduki posisi ke-2 dengan nilai ekspor sekitar USD9 juta pada tahun 2023,” kata Agus dalam Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu di Jakarta, Senin (29/7).
Potensi Lahan Sagu di Indonesia
Indonesia memiliki potensi luas lahan sagu terbesar di dunia, dengan sekitar 5,5 juta ha dari total 6,5 juta ha lahan sagu global. Sebagian besar lahan sagu, sekitar 5,2 juta ha, berada di Papua, yang saat ini masih rendah pemanfaatannya.
Proyeksi Pertumbuhan Pasar Pati Sagu
Menurut Business Research Insight, pasar pati sagu global diproyeksikan mencapai USD 557,13 juta pada tahun 2031. “Hilirisasi industri sagu diharapkan tidak hanya berhenti sampai di pati sagu, tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan produk hilir lainnya,” ujar Agus.
Produk Turunan Sagu
Sagu dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti pati sagu, mi, beras analog, dan modified starch, serta produk non-pangan seperti bio packaging. Penguatan riset dan inovasi produk sangat diharapkan untuk mendukung pengembangan hilirisasi sagu.
Komitmen Kemenperin
Kemenperin berkomitmen untuk terus meningkatkan hilirisasi komoditas sagu melalui diversifikasi produk, fasilitasi kerja sama antara industri pengolahan sagu dan industri pengguna, mendorong program sertifikasi TKDN, serta program restrukturisasi mesin atau peralatan bagi industri pengolahan sagu.
Kolaborasi dan Sinergi
Kemenperin juga berupaya bersinergi dengan pemangku kepentingan lainnya, baik dari pusat maupun daerah, untuk mendorong percepatan pengembangan industri pengolahan sagu. “Kami sangat terbuka terhadap usulan-usulan kebijakan agar industri pengolahan sagu dapat terus tumbuh di Indonesia,” ujar Agus.
Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu
Simposium ini melibatkan 14 narasumber dari instansi pemerintah, akademisi, dan praktisi, serta diadakan pameran yang diikuti oleh 21 peserta. Pada kegiatan ini juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pengembangan Beras Analog Sagu Instan antara Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan, Kementerian Perindustrian dengan Pusat Riset Agroindustri, Badan Riset dan Inovasi Nasional.
“Penandatanganan ini merupakan bentuk komitmen dan keseriusan pemerintah untuk mendorong hilirisasi pengembangan industri pengolahan sagu, dalam hal ini beras analog berbasis sagu,” jelas Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor