BeritaInvestor.id – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini sedang melakukan pembangunan pabrik katoda baterai lithium di dalam negeri dengan bantuan investor China. Proyek ini juga telah mendapatkan tanda tangan dari kedua belah pihak.
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, pabrik katoda baterai lithium ini akan memiliki kapasitas produksi mencapai 60 ribu ton.
Lithium memiliki peran penting dalam upaya Indonesia untuk menjadi ‘raja’ baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV), karena lithium merupakan komponen penting dalam pembuatan baterai EV. Namun, hingga saat ini, Indonesia masih mengimpor lithium dari negara lain.
Investor China yang terlibat dalam proyek ini adalah BTR New Material Group Co Ltd. Selain membangun pabrik katoda baterai lithium, BTR juga sedang membangun fasilitas produksi anoda dengan kapasitas mencapai 80 ribu ton.
Seto menyatakan bahwa pabrik lithium yang berkapasitas 60 ribu ton akan memproduksi dua jenis produk, yaitu lithium hidroksida sebanyak 50.000 ton dan lithium karbonat sebanyak 10.000 ton. Lithium hidroksida dapat digunakan untuk jenis baterai NMC (Nikel, Mangan, Kobalt), sementara lithium karbonat cocok untuk baterai LFP (Lithium, Iron, Phosphate) yang digunakan pada kendaraan listrik.
Sebelumnya, Australia telah menyetujui penambahan ekspor lithium sebanyak 60 ribu ton per tahun ke Indonesia untuk diproses di Morowali. Namun, Indonesia juga meminta agar Australia terlibat dalam proyek hilirisasi produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia dengan memiliki ekuitas. Teknologi pengolahan baterai nantinya dapat menggunakan dari Tiongkok.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor