BeritaInvestor.id – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) rebound pada Selasa (16/1/2024). Kenaikan tersebut berkat kabar dari importir utama CPO, India, yang mengizinkan impor minyak nabati dengan tarif bea masuk yang lebih rendah selama satu tahun lagi.
Berdasarkan data BMD pada penutupan Selasa (16/1/2024), kontrak berjangka CPO untuk Februari 2024 naik 76 Ringgit Malaysia menjadi 3.879 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO Maret 2024 meningkat 62 Ringgit Malaysia menjadi 3.880 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak berjangka CPO April 2024 terkerek 62 Ringgit Malaysia menjadi 3.862 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Mei 2024 bertambah 57 Ringgit Malaysia menjadi 3.811 Ringgit Malaysia per ton.
Sedangkan kontrak berjangka CPO Juni 2024 naik 48 Ringgit Malaysia menjadi 3.741 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Juli 2024 menguat 36 Ringgit Malaysia menjadi 3.669 Ringgit Malaysia per ton.
Dikutip dari Hellenicshippingnews, Paramalingam Supramaniam, direktur pialang Pelindung Bestari yang berbasis di Selangor mengatakan, langkah India untuk memperbolehkan tarif bea masuk yang lebih rendah pada minyak nabati hingga Maret 2025, ditambah dengan penurunan produksi menyebabkan harga minyak sawit Malaysia naik.
Sebelumnya, struktur bea masuk yang lebih rendah untuk minyak sawit mentah, minyak bunga matahari mentah, dan minyak kedelai mentah di India yang merupakan importir minyak nabati terbesar di dunia akan berakhir Maret 2024.
Supramaniam mengatakan, perkiraan awal produksi minyak sawit untuk 1-15 Januari di Malaysia, produsen terbesar kedua di dunia, mengalami penurunan dua digit sekitar 17%. “Dengan demikian, harga akan tetap tangguh dan melanjutkan kenaikan, terutama dengan penurunan produksi di kuartal pertama,” ungkapnya.
Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, naik 0,48%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 bertambah 1,12%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 0,52%. Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-15 Januari diperkirakan turun 2,6% menjadi 604.474 ton dari bulan sebelumnya, kata perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia pada Senin (15/1/2024). Sedangkan data dari surveyor kargo Intertek Testing Services menunjukkan bahwa ekspor untuk 1-15 Januari naik 6,5% menjadi 629.918 ton.
Sementara itu, Ringgit Malaysia, mata uang perdagangan sawit, turun 0,49% terhadap dolar, menjadikan komoditas ini lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang asing.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor