BeritaInvestor.id – Pasar saham Wall Street memulai sesi perdagangan hari Selasa dengan kenaikan, di tengah antisipasi investor menghadapi tantangan pada akhir bulan Agustus. Dalam sesi tersebut, indeks utama menunjukkan kinerja positif yang menjanjikan.
Indeks S&P 500 berhasil naik sebanyak 0,7%, sementara Dow Jones Industrial Average menguat sebanyak 144 poin atau 0,4%, dan Komposit Nasdaq menanjak tajam hingga 1%.
Performa positif ini dipicu oleh rilis data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat. Survei mengenai lowongan pekerjaan dan pergantian tenaga kerja menunjukkan adanya penurunan pada bulan Juli. Hal ini dapat diartikan sebagai sinyal stabilitas dalam sektor pasar tenaga kerja.
Namun, indeks kepercayaan konsumen Conference Board mengalami penurunan yang lebih besar dari ekspektasi pada bulan Agustus. Ini menjadi catatan terkait sentimen konsumen yang sedikit tergoyahkan.
Aksi naik pada saham-saham tertentu juga menjadi sorotan. Saham pengecer Best Buy mengalami kenaikan sebesar 5,1% setelah melaporkan penurunan pendapatan. Sementara itu, saham perusahaan telekomunikasi AT&T juga mengalami kenaikan, namun Salesforce justru mengalami penurunan sebesar 1,5% menjelang pengumuman hasil keuangan kuartalan.
Pergerakan positif ini terjadi setelah S&P 500 mencatat dua hari pertama kenaikan dalam bulan ini. Pada hari Senin, indeks acuan tersebut naik sebanyak 0,6%, sementara Nasdaq menguat sebanyak 0,8%. Dow juga berhasil mengumpulkan 200 poin dalam sesi sebelumnya.
Dengan hanya tersisa tiga sesi perdagangan di bulan Agustus, Dow Jones diperkirakan akan berakhir dengan penurunan sebesar 2,8%. S&P 500 dan Nasdaq juga dihadapkan pada potensi kerugian masing-masing sebesar 3,4% dan 4,5%.
Richard Saperstein, Chief Petugas Investasi di Treasury Partners, mengamati bahwa volatilitas pasar saham yang terjadi sepanjang bulan Agustus belum berakhir. Ia juga memproyeksikan bahwa volatilitas tersebut akan berlanjut hingga bulan September, terutama karena pasar mulai memperhitungkan dampak perlambatan aktivitas ekonomi akibat dari kebijakan kenaikan suku bunga Federal Reserve yang sebelumnya telah dilakukan.
“Sinyal negatif dari indikator ekonomi berwawasan ke depan dan tekanan atas pasar perumahan, yang menjadi indikator kesehatan ekonomi, akan terasa akibat suku bunga hipotek yang tinggi,” kata Saperstein.
Disclaimer : Artikel ini hanya bersifat informasional dan tidak mengandung rekomendasi investasi.