BeritaInvestor.id – Penurunan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) terus berlanjut setelah penangguhan perdagangan selama 30 menit. IHSG ditutup turun 395,86 poin atau 6,12%, berada di level 6.076,08 pada Selasa (18/3/2025). Ini menjadi angka terendah sejak September 2021, dan terlemah dalam empat tahun terakhir. Di sesi perdagangan pagi hingga siang, IHSG mengalami penurunan yang signifikan, dengan tingkat perdagangan berada di antara 6.465,22 dan 6.011,84.
Dominasi Aksi Jual
Transaksi di pasar saham didominasi oleh aksi jual, dengan volume mencapai 16,61 miliar saham dan nilai transaksi mencapai Rp 10,3 triliun. Terdapat 893 ribu transaksi yang dilakukan, di mana hanya 67 saham yang mengalami penguatan, sementara 616 saham mengalami penurunan, dan 116 saham lainnya tidak bergerak.
Pelemahan Saham-Saham Berat
Beberapa saham yang turut berkontribusi pada penurunan IHSG antara lain saham teknologi, barang baku, dan energi. Saham PT IndoInternet Tbk (EDGE) mengalami penurunan sebesar 12,8%, diikuti PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dengan penurunan 9,62%, dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang turun 3,81%. Di sektor barang baku, PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) mengalami penurunan drastis 22,7%, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) turun 9,94%, dan PT Timah Tbk (TINS) menyusut 7,43%.
Sentimen Menanti Keputusan BI
Penurunan IHSG ini juga terpengaruh oleh sentimen ‘wait and see’ terhadap rapat Bank Indonesia yang akan mengumumkan kebijakan suku bunga. Besok, hasil dari rapat ini diharapkan akan diumumkan. Para analis memperkirakan bahwa BI Rate akan tetap di 5,75%, terutama setelah Indonesia mencatatkan deflasi tahunan sebesar -0,09% pada Februari 2025, pertama kali dalam dua dekade.
Tantangan Bagi Rupiah
Di sisi lain, nilai tukar rupiah masih melemah, dengan penurunan mencapai 6,33% terhadap dolar AS sepanjang 2025. Pada perdagangan siang ini, nilai tukar berada di level Rp 16.450/US$. Rupiah terus tertekan akibat arus keluar modal asing yang melebihi Rp 10 triliun dari pasar saham dan surat utang. Analis menilai, kondisi ini dipengaruhi oleh risiko defisit fiskal dan permintaan dolar AS yang meningkat menjelang pembayaran dividen.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.