BeritaInvestor.id – Pada perdagangan Rabu (2/8/2023), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah dengan melemah sebanyak 0,46% ke posisi 6.854,51. Meskipun demikian, IHSG masih bertahan di level psikologis 6.800 hingga akhir perdagangan hari tersebut.
Sektor teknologi dan energi menjadi pemberat terbesar IHSG pada hari itu, di mana keduanya memberatkan indeks masing-masing sebesar 1,83% dan 1,79%.
Beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG, termasuk saham-saham berikut:
- Bayan Resources (BYAN) -12,76 indeks poin, dengan harga terakhir 18.650 (-3,87%)
- Telkom Indonesia (TLKM) -7,43 indeks poin, dengan harga terakhir 3.690 (-1,60%)
- GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) -6,54 indeks poin, dengan harga terakhir 109 (-2,68%)
- United Tractors (UNTR) -3,15 indeks poin, dengan harga terakhir 26.725 (-2,91%)
- Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) -1,72 indeks poin, dengan harga terakhir 5.100 (-1,92%)
- Astra International (ASII) -1,20 indeks poin, dengan harga terakhir 6.850 (-0,36%)
Saham raksasa batu bara, PT Bayan Resources Tbk (BYAN), kembali menjadi pemberat terbesar IHSG pada hari tersebut dengan kontribusi penurunan sebanyak 12,7 indeks poin. Sedangkan saham emiten telekomunikasi BUMN, PT Telkom Indonesia, juga memberatkan IHSG sebanyak 7,4 indeks poin.
Penurunan IHSG sejalan dengan pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) kemarin dan bursa Asia-Pasifik hari ini. Sentimen global semakin memburuk setelah lembaga pemeringkat internasional, Fitch Rating, menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+. Penurunan peringkat tersebut merupakan konsekuensi dari dampak persoalan plafon utang pada Mei lalu.
Dampak downgrade peringkat utang AS dapat meningkatkan ketidakpastian global dan menyebabkan volatilitas pasar semakin besar, termasuk di pasar keuangan Indonesia.
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, juga mengungkapkan dampak inflasi tinggi di negara maju terhadap nilai tukar mata uang negara berkembang. Tekanan inflasi tersebut dipengaruhi oleh perekonomian yang tetap kuat dan pasar tenaga kerja yang relatif ketat. Kondisi ini diperkirakan akan mempengaruhi kebijakan moneter negara maju, termasuk kenaikan suku bunga acuan dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang baru-baru ini menaikkan policy rate (Federal Fund Rate/FFR) sebesar 25 basis poin (bp).
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor