BeritaInvestor.id – IHSG mencatat kenaikan 5% ke level 6.270 pada Kamis (10/4/2025), meski analis tetap menyoroti risiko pasar saham akibat ketidakpastian global. Penguatan indeks ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan menurunkan tarif impor kecuali China menjadi 10%. Namun, Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Wisnubroto mengingatkan sentimen negatif tetap hadir karena tekanan eksternal.
Kinerja IHSG dan Volume Transaksi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka perdagangan di level 6.270, naik 302 poin atau 5% dari sesi sebelumnya. Pada akhir sesi I, kenaikan berlanjut menjadi 4,79%. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat volume perdagangan mencapai 1,84 miliar saham, dengan nilai transaksi Rp1,64 triliun. Dari 500-an saham yang diperdagangkan, 383 menguat dan 36 melemah.
Penguatan Saham Perbankan dan Aksi Beli Asing
Saham perbankan seperti BBCA (BCA), BBRI (BRI), dan BMRI (Mandiri) menjadi andalan penguatan IHSG. Investor asing juga mencatatkan net buy positif di sesi pertama. Rully menjelaskan, penurunan tajam Selasa lalu membuat beberapa saham terlihat ‘murah’, tetapi risiko global seperti ketegangan perdagangan AS-China tetap mengancam.
Rekomendasi Saham Berfundamental Kuat
Rully menyarankan investor memilih saham dengan fundamental solid untuk jangka panjang, antara lain AMRT (Alfamart), ICBP (Indofood CBP), dan JPFA (Japfa Comfeed). Ia menekankan: ‘Risiko ke depan tetap tinggi‘, terutama karena China tidak dikecualikan dari kenaikan tarif impor AS hingga 125%.
Pengaruh Keputusan Trump Terhadap Global
Penundaan tarif AS selama 90 hari memicu gairah pasar global, termasuk Wall Street yang tercatat mengalami rebound terkuat sejak 2008. Namun, ketegangan perdagangan tetap menyebabkan fluktuasi IHSG.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.