BeritaInvestor.id – Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) yang dikelola oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin diminati oleh pelaku usaha. Hingga saat ini, terdapat 33 pengguna jasa bursa karbon, meningkat pesat dibandingkan sejak peluncuran perdagangan perdananya pada 26 September 2023 yang tercatat hanya 15 entitas.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengungkapkan, hingga saat ini ada sebanyak 24 entitas yang mengajukan diri sebagai Pengguna Jasa Bursa Karbon (PJBK).
“Sekarang kami juga telah menerima 24 entitas yang mengajukan diri sebagai PJBK,” ujarnya secara virtual, dikutip Rabu (22/11).
Dari sisi volume, IDXCarbon mencatatkan 468 ribu ton karbondioksida sampai dengan tanggal 20 November 2023. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
“Nilai transaksi bursa karbon kita juga jauh lebih tinggi dibanding bursa karbon Malaysia dan Singapura yang hanya 160 ribu ton Co2,” pungkasnya.
Peningkatan minat pelaku usaha terhadap bursa karbon Indonesia ini menunjukkan bahwa para pelaku usaha mulai menyadari pentingnya peran perdagangan karbon dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).
Bursa karbon merupakan instrumen pasar yang memungkinkan pelaku usaha untuk bertransaksi jual beli unit karbon. Unit karbon merupakan instrumen yang mewakili satu ton emisi GRK yang berhasil dikurangi atau dihilangkan.
Pemerintah Indonesia menargetkan untuk menurunkan emisi GRK sebesar 31,89% (tanpa syarat dan tanpa bantuan internasional) atau sebesar 43,2 (dengan dukungan internasional) dari tingkat emisi normalnya (atau Business As Usual) pada 2030.
Bursa karbon dapat menjadi salah satu instrumen yang dapat membantu Indonesia mencapai target tersebut. Dengan perdagangan karbon, pelaku usaha yang berhasil mengurangi emisi GRK dapat menjual unit karbonnya kepada pelaku usaha lain yang masih belum memenuhi target penurunan emisinya.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor