BeritaInvestor.id – Hashim Djojohadikusumo, adik dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, terus menunjukkan komitmennya dalam berbagai proyek strategis di sekitar Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Melalui Arsari Group, Hashim terlibat dalam sejumlah inisiatif penting, mulai dari pengelolaan pusat suaka Orangutan Kalimantan, reboisasi lahan, hingga proyek biofuel bersama perusahaan asal Amerika Serikat, LanzaTech.
Pelestarian dan Reboisasi di Kalimantan Timur
Salah satu proyek utama yang tengah dikerjakan oleh Arsari Group adalah pengelolaan pusat suaka untuk Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di daerah Kenangan. Proyek ini mencerminkan kepedulian Hashim terhadap pelestarian satwa liar, khususnya spesies yang terancam punah. Selain itu, Arsari Group juga bertanggung jawab atas reboisasi lahan seluas 172.000 hektare. Upaya ini bertujuan untuk mencetak hutan kembali, meningkatkan keseimbangan ekosistem, dan berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim di wilayah tersebut.
Proyek Biofuel dan Air Bersih
Hashim juga mengembangkan proyek air bersih yang direncanakan untuk dialirkan ke IKN Nusantara. Proyek ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan air bersih yang memadai di ibu kota baru tersebut, sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan di sekitarnya.
Selain itu, Arsari Group merencanakan proyek biofuel bersama LanzaTech, perusahaan asal Amerika Serikat yang bergerak di bidang biorefinery. Biorefinery merupakan teknologi terbarukan yang mengubah bahan baku seperti tanaman dan limbah kehutanan menjadi biomaterial, biokimia, dan bahan bakar bio dalam satu fasilitas terpadu. Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk memproduksi energi yang lebih bersih, tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam.
Perjalanan Karier Hashim Djojohadikusumo
Hashim Djojohadikusumo bukanlah sosok baru dalam dunia bisnis di Indonesia. Ia memulai kariernya sebagai pebisnis sejak 1978, setelah pulang ke Indonesia di mana ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, tidak lagi menjabat sebagai Menteri Negara Riset. Hashim menyebut bahwa kepulangannya setelah ayahnya tidak memegang jabatan publik membuatnya lebih nyaman dalam berbisnis tanpa dianggap memanfaatkan fasilitas keluarga.
Sebelum terjun ke dunia bisnis, Hashim sempat menimba pengalaman di Lazard Freres, sebuah bank investasi di Paris. Di Indonesia, ia memulai kariernya dengan mendirikan PT Indoconsult Associates dan kemudian merintis usaha sendiri melalui PT Era Persada. Bisnis Hashim berkembang pesat, meliputi berbagai sektor seperti perdagangan, sumber daya, dan manufaktur, dengan Tirtamas Majutama sebagai perusahaan utama yang bergerak di berbagai bidang.
Pada 1988, Hashim melalui Tirtamas Majutama, menjadi pemilik saham PT Semen Cibinong. Bisnisnya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga meluas hingga ke luar negeri, termasuk bisnis minyak di Kazakhstan. Hashim terus mempertahankan posisinya sebagai salah satu pebisnis sukses di Indonesia, bahkan setelah perubahan politik yang terjadi pasca lengsernya Soeharto, mertua dari abangnya, Prabowo Subianto.
Kekuatan Arsari Group
Semua usaha Hashim dinaungi oleh Arsari Group, sebuah konglomerasi yang dinamai dari panggilan anak-anaknya: Aryo, Sara, dan Indra. Arsari Group juga memiliki sayap sosial melalui yayasan yang bergerak di bidang kebudayaan, menunjukkan bahwa Hashim tidak hanya fokus pada bisnis, tetapi juga pada pelestarian budaya dan lingkungan. Hashim dikenal sebagai kolektor barang antik, menambah reputasinya sebagai seorang pengusaha dengan ketertarikan mendalam pada sejarah dan kebudayaan.
Keterlibatan Politik dan Pengaruh
Selain dalam dunia bisnis, Hashim bersama dengan Prabowo Subianto, kini Menteri Pertahanan RI, menjadi tokoh penting dalam Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Partai ini merupakan salah satu kekuatan politik yang cukup diperhitungkan di Indonesia.
Dengan kombinasi pengaruh politik dan bisnis, Hashim Djojohadikusumo terus berperan penting dalam pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan di Indonesia, khususnya dalam proyek-proyek strategis di sekitar IKN Nusantara.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor
