BeritaInvestor.id – Rencana merger antara maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dengan Pelita Air milik PT Pertamina telah mengguncangkan pasar saham, dengan harga saham GIAA melonjak hingga 40% sejak isu ini pertama kali muncul pada 21 Agustus 2023.
Menurut pengamat pasar modal dan akademisi Universitas Trisakti, Hans Kwee, harga saham Garuda diprediksi akan terus mengalami kenaikan hingga rencana merger dengan Pelita Air benar-benar dieksekusi. Bahkan sejak munculnya kabar merger, harga saham GIAA sudah mengalami kenaikan yang signifikan.
Hingga saat ini, saham GIAA telah mencatatkan kenaikan sebesar 40,3% sejak 21 Agustus 2023, saat Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan rencana merger antara maskapai penerbangan di bawah Garuda Group dengan Pelita Air. Pada penutupan perdagangan terakhir, saham Garuda (GIAA) berhasil menguat sebesar Rp 3 (3,33%), mencapai posisi Rp 93.
Hans Kwee memproyeksikan bahwa harga saham GIAA masih memiliki potensi untuk naik hingga mencapai level Rp 120, terutama saat proses merger sudah selesai. Selain itu, dengan merger ini, jumlah pesawat yang dimiliki oleh Garuda dapat kembali mendominasi industri penerbangan dalam negeri. Hal ini menjadi penting mengingat jumlah pesawat GIAA saat ini mengalami penurunan drastis akibat penjualan beberapa pesawat untuk menutupi utang perusahaan.
Nafan Aji Gusta, seorang Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, menambahkan bahwa eksekusi rencana merger ini sangat dinantikan oleh para pelaku pasar. Merger ini diharapkan dapat menciptakan efisiensi dalam bisnis dan mendukung pertumbuhan pendapatan Garuda yang saat ini masih negatif.
Dalam konteks teknis, analis dari MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menekankan bahwa pergerakan saham GIAA saat ini berada dalam fase uptrend selama saham mampu bertahan di atas level Rp 73 sebagai stop loss. Meskipun demikian, ia juga mengingatkan bahwa saham GIAA masih rawan mengalami koreksi dalam jangka pendek.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor