Pada awal perdagangan Rabu (7/6/2023), harga minyak mengalami pelemahan setelah produksi minyak Amerika Serikat (AS) tahun 2023 naik lebih dari perkiraan sebelumnya. Harga minyak mentah WTI melemah sebesar 0,25% menjadi US$71,56 per barel, sementara harga minyak mentah Brent juga mengalami pelemahan sebesar 0,09% menjadi US$76,22 per barel. Pada perdagangan Selasa (6/6/2023), harga minyak WTI ditutup menguat sebesar 0,57% menjadi US$71,74 per barel, sementara harga minyak Brent juga menguat sebesar 0,55% menjadi US$76,29 per barel.
Badan Informasi Energi (EIA) AS mengungkapkan bahwa produksi minyak mentah AS tahun ini akan naik lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya, sementara pertumbuhan permintaan akan melambat. Hal ini diungkapkan setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya memperpanjang pengurangan produksi hingga tahun 2024. Arab Saudi juga mengumumkan pemangkasan produksi sebesar 1 juta barel per hari (bpd) pada bulan Juli untuk menstabilkan pasar minyak.
Meskipun pemotongan produksi oleh OPEC+ akan sedikit mengurangi pasokan minyak global dalam lima kuartal mendatang dan meningkatkan harga minyak global pada akhir 2023 dan awal 2024, EIA memperkirakan bahwa konsumsi minyak bumi AS hanya akan naik sebesar 100.000 bpd menjadi 20,4 juta bpd tahun ini. Hal ini lebih rendah dari perkiraan kenaikan sebesar 200.000 bpd yang diperkirakan sebelumnya pada bulan Mei. Konsumsi bahan bakar diesel diperkirakan akan menurun karena penurunan aktivitas manufaktur yang mempengaruhi faktor ekonomi.
EIA juga memproyeksikan bahwa produksi minyak mentah AS akan naik sebesar 720.000 bpd menjadi 12,61 juta bpd tahun ini, melampaui perkiraan sebelumnya yang mengindikasikan kenaikan sebesar 640.000 bpd. Meskipun pertumbuhan produksi minyak AS telah melambat karena permintaan investor terhadap peningkatan dividen dan pembelian kembali saham daripada belanja modal, produksi AS masih akan mencapai rekor produksi tahunan pada 2023 dan 2024.