BeritaInvestor.id – Harga minyak mengalami penurunan sekitar 1% pada Rabu (26/7/2023) dipicu oleh dua sentimen negatif. Pertama, data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun kurang dari yang diharapkan. Kedua, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Menurut Reuters, minyak mentah berjangka Brent ditutup turun 72 sen (0,9%) menjadi US$ 82,92 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menetap di US$ 78,78, turun 85 sen (1,1%). Kedua tolok ukur turun lebih dari US$ 1 di awal sesi, setelah mencapai tertinggi tiga bulan pada Selasa (25/7/2023).
[tv-chart symbol=”WTI1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Kenaikan suku bunga The Fed, yang merupakan ke-11 kalinya dalam 12 pertemuan terakhir, menetapkan suku bunga acuan overnight di kisaran 5,25-5,50%. Pernyataan kebijakan menyisakan kemungkinan kenaikan lainnya. Suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Di sisi lain, persediaan minyak mentah AS turun 600 ribu barel pekan lalu, lebih rendah dari perkiraan penarikan 2,35 juta barel. Namun, laporan kelompok industri American Petroleum Institute mengindikasikan peningkatan 1,32 juta barel. Stok bensin dan solar juga turun lebih sedikit dari yang diharapkan, menurut data EIA.
Pasar minyak telah mengalami kenaikan selama empat minggu berkat tanda-tanda pengetatan pasokan, terutama berkat pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia, serta janji Tiongkok untuk mendukung ekonominya.
Namun, ada kekhawatiran mengenai kebijakan Rusia yang diperkirakan akan meningkatkan pemuatan minyak pada bulan September, mengakhiri pemotongan ekspor yang tajam. Sementara itu, ketidakpastian mengenai kebijakan Tiongkok juga menjadi perhatian, karena kebijakan aktualnya belum jelas.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor