BeritaInvestor.id – Pada pembukaan perdagangan Jumat (1/9/2023), harga minyak mentah dunia menunjukkan variasi setelah mengalami lonjakan 2% pada perdagangan sebelumnya. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tidak mengalami perubahan signifikan dan bertahan pada posisi US$83,63 per barel. Di sisi lain, harga minyak mentah Brent mengalami penurunan tipis sebesar 0,05% menjadi US$86,82 per barel.
Pada perdagangan Kamis (31/8/2023), harga minyak mentah WTI mengalami kenaikan sebesar 2,45% dan ditutup pada level US$83,63 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent melonjak 1,16% dan ditutup pada level US$86,86 per barel.
Kenaikan harga minyak mentah AS terjadi seiring ekspektasi bahwa kelompok negara-negara produsen minyak OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi, akan melanjutkan pemotongan produksi hingga akhir tahun 2023. “Pasar minyak mentah bereaksi terhadap perpanjangan pengurangan produksi OPEC,” ungkap Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates. “Pemotongan ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun ini.”
Harga minyak Brent mengalami kenaikan sekitar 1,5% selama bulan Agustus, sementara harga minyak WTI mengalami kenaikan sebesar 2,2%. Kedua benchmark minyak ini telah mencatatkan kenaikan untuk bulan ketiga berturut-turut sebagai akibat tanda-tanda pengetatan pasokan.
Ekspektasi adanya penurunan harga tiket pesawat akibat merger Citilink dan Pelita Air juga turut memberikan dampak positif pada harga minyak mentah. Eric Rosengren, mantan Presiden Federal Reserve Boston, menyatakan bahwa bank sentral AS mungkin akan menghentikan siklus kenaikan suku bunga jika pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja terus melambat.
Namun, data aktivitas manufaktur yang melemah di Tiongkok membatasi kenaikan harga minyak mentah. Aktivitas manufaktur Tiongkok menyusut pada bulan Agustus, memicu kekhawatiran mengenai perekonomian negara tersebut. Meskipun indeks manajer pembelian (PMI) Tiongkok mengalami kenaikan menjadi 49,7 dari 49,3 pada bulan Juli, angka di bawah 50 poin masih menunjukkan kontraksi dalam sektor manufaktur.
Selain itu, revisi turun pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS untuk kuartal kedua dan perlambatan pertumbuhan gaji swasta pada bulan Agustus juga mempengaruhi sentimen pasar minyak dunia.
Disclaimer : Artikel ini hanya bersifat informasional dan tidak mengandung rekomendasi investasi.