BeritaInvestor.id – Pada Senin (20/11/2023), harga minyak mengalami kenaikan lebih dari 2%. Kenaikan ini didorong oleh antisipasi pengurangan produksi OPEC+ yang diperkirakan akan diumumkan setelah pertemuan negara-negara anggota pada awal pekan depan.
Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent ditutup naik sebesar US$ 1,71 (2,1%) menjadi US$ 82,32 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk bulan depan naik menjadi US$ 77,60, atau mengalami kenaikan sebesar US$ 1,71 (2,3%). Kontrak berjangka bulan Januari yang lebih aktif naik sebesar US$ 2,39 (1,8%) menjadi US$ 77,83.
Meskipun kedua minyak acuan ini mengalami penurunan selama empat minggu berturut-turut sebelumnya, namun mulai pulih pada Jumat (17/11/2023) dengan kenaikan sebesar 4%. Hal ini terjadi akibat aksi ambil untung dan setelah tiga sumber OPEC+ memberikan indikasi bahwa kelompok produsen ini, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, akan mempertimbangkan pengurangan pasokan tambahan dalam pertemuan pada 26 November mendatang.
John Kilduff, mitra Again Capital LLC, menyatakan bahwa komentar OPEC+ yang mengindikasikan potensi pemotongan lebih lanjut datang pada waktu yang tepat. Namun, dia memperkirakan pemotongan tersebut tidak akan terlalu besar mengingat upaya pemangkasan produksi yang telah dilakukan oleh Arab Saudi sebelumnya.
Goldman Sachs juga menyatakan bahwa berdasarkan model statistik keputusan OPEC, kemungkinan adanya pemotongan lebih besar tidak boleh diabaikan. Hal ini diperkuat oleh penurunan posisi spekulatif, rentang waktu, dan persediaan yang lebih tinggi dari perkiraan.
Harga minyak turun hampir 20% sejak akhir September karena produksi minyak mentah di Amerika Serikat (AS), produsen utama dunia, mencapai rekor tertinggi. Selain itu, kekhawatiran terkait pertumbuhan permintaan, terutama dari China sebagai importir minyak terbesar, juga ikut memengaruhi pasar.
Meskipun selisih antara harga minyak Brent dan WTI merosot ke kondisi contango pekan lalu, menunjukkan adanya pasokan yang cukup, pedagang tetap memperhatikan tanda-tanda kemungkinan resesi di AS pada tahun 2024. Peringatan tentang kemungkinan deflasi dari Walmart, pengecer terbesar di AS, juga menjadi pertimbangan penting.
Pentingnya pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada hari Minggu mendatang menciptakan ketidakpastian di pasar. Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates, menyatakan bahwa fokus para anggota akan tertuju pada pasokan dan permintaan, sambil mencermati dampak geopolitik di Timur Tengah terkait konflik regional.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor