Pada pembukaan perdagangan pekan ini, harga minyak dunia mengalami kenaikan setelah Arab Saudi mengumumkan rencana untuk mengurangi produksi sebanyak 1 juta barel per hari pada bulan Juli. Langkah ini akan membawa produksi Arab Saudi ke level terendah dalam beberapa tahun. Futures minyak West Texas Intermediate (WTI) melonjak hampir 5% di awal sesi perdagangan, mendekati angka US$74 per barel.
Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, menyatakan komitmennya untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk membawa stabilitas pasar, setelah pertemuan OPEC+ yang tegang selama akhir pekan. Langkah Arab Saudi ini dianggap mengejutkan oleh sebagian analis pasar, dan mereka melihat bahwa pasar minyak akan semakin ketat di paruh kedua tahun ini.
Harga minyak di New York mengalami penurunan sebesar 11% bulan lalu karena kekhawatiran terhadap permintaan yang mempengaruhi prospek harga, terutama di China. Sebagian besar pengamat pasar sebelumnya memperkirakan bahwa OPEC+ tidak akan mengubah produksi mereka, dan tidak ada tindakan tambahan dari negara-negara di luar koalisi tersebut yang diharapkan.
Namun, Arab Saudi memilih untuk mengurangi produksi lebih lanjut dengan mengorbankan pangsa pasar mereka demi menstabilkan harga. Sementara itu, negara-negara lain dalam kelompok OPEC+ berjanji untuk mempertahankan pemotongan produksi yang ada hingga akhir 2024. Rusia tidak berkomitmen untuk membatasi produksi lebih lanjut, sementara Uni Emirat Arab mendapatkan kuota produksi yang lebih tinggi untuk tahun depan.
Pada saat itu, harga minyak WTI untuk pengiriman Juli naik sebesar 2,7% menjadi sekitar US$73,67 per barel, sementara harga minyak Brent untuk penyelesaian Agustus naik sebesar 2,5% menjadi sekitar US$78,07 per barel.