BeritaInvestor.id – Pada pembukaan perdagangan Senin (3/7/2023), harga minyak kembali menguat di tengah penurunan tajam persediaan minyak di Amerika Serikat (AS). Harga minyak mentah WTI dibuka naik 0,38% menjadi US$70,37 per barel, sementara harga minyak mentah Brent juga menguat 0,32% ke posisi US$75,14 per barel. Pada perdagangan Jumat (30/6/2023), minyak WTI ditutup dengan kenaikan sebesar 1,12% menjadi US$70,64 per barel, sementara minyak Brent melonjak 0,75% ke posisi US$74,90 per barel.
Meskipun harga minyak berada di level yang lebih tinggi pada hari Jumat, pergerakan secara kuartalan justru lebih rendah karena investor khawatir bahwa aktivitas ekonomi global yang lesu dapat mengurangi permintaan bahan bakar. Harga minyak telah menghadapi tekanan akibat kenaikan suku bunga di negara-negara ekonomi utama dan pemulihan manufaktur dan konsumsi China yang lebih lambat dari perkiraan.
Namun, tanda-tanda penguatan aktivitas ekonomi AS dan penurunan tajam persediaan minyak AS pekan lalu memberikan dukungan bagi kenaikan harga minyak mentah. Laporan Departemen Perdagangan AS yang menunjukkan kenaikan inflasi tahunan bulan lalu pada laju paling lambat dalam dua tahun juga menjadi faktor pendukung. Tanda-tanda inflasi yang moderat diharapkan dapat menahan Federal Reserve untuk tidak melakukan kenaikan suku bunga lagi.
Selain itu, pasar juga didukung oleh revisi naik permintaan minyak mentah dan produk olahan di AS. Meskipun permintaan untuk produk crude and petroleum turun tipis pada bulan April, namun tetap kuat secara musiman menurut data EIA.
[tv-chart symbol=”WTI1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Dukungan lainnya datang dari rencana Arab Saudi untuk memangkas produksi lebih lanjut sebesar 1 juta barel per hari pada bulan Juli, serta kesepakatan OPEC+ yang lebih luas untuk membatasi pasokan hingga 2024. Meskipun demikian, harga minyak mentah masih tetap di bawah US$80 per barel karena lebih banyak dipengaruhi oleh masalah ekonomi makro daripada oleh faktor fundamental.
Meskipun terdapat perkiraan defisit yang dalam sekitar 2,3 juta barel, beberapa analis memperkirakan bahwa harga minyak akan menghadapi tantangan untuk mendapatkan traksi tahun ini akibat hambatan ekonomi global yang masih ada.
Pada pekan lalu, perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi selama sembilan minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli 2020. Hal ini mencerminkan langkah perusahaan energi dalam menyesuaikan produksi mereka dengan kondisi pasar yang dinamis.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor