BeritaInvestor.id – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange mengalami koreksi pada sesi awal perdagangan menjelang akhir pekan ini. Penguatan harga selama tiga hari berturut-turut sejak tanggal 15 Agustus akhirnya terhenti. Menurut data Refinitiv, harga CPO melemah sebanyak 0,15% menjadi MYR 3.917 per ton pada pukul 08:00 WIB. Walaupun mengalami penurunan, harga masih berada di level yang lebih tinggi dari 3.900.
Pada hari Kamis, 17 Agustus 2023, harga CPO berhasil melonjak 2% dan mencapai MYR 3.923 per ton. Dalam empat hari perdagangan terakhir, harga telah meningkat sebesar 5,54%, dengan kenaikan bulanan sebesar 1,16%. Namun, secara tahunan harga masih mengalami koreksi sebanyak 6,01%.
Koreksi harga CPO kali ini dipicu oleh aksi ambil untung (profit taking). Meskipun ada beberapa sentimen positif yang seharusnya tidak terlalu membebani harga, seperti melemahnya nilai tukar ringgit dan peningkatan ekspor yang kuat. Para analis juga menunjukkan bahwa permintaan yang tinggi telah menjaga harga tetap stabil selama pekan ini.
Sathia Varqa, seorang analis senior dari Fastmarkets Palm Oil Analytics berbasis di Singapura, mengungkapkan, “Stok yang bertambah dan produksi yang lebih tinggi pada bulan Agustus berkontribusi menjaga harga tetap terkendali.” Pernyataan ini disampaikannya kepada Reuters.
Melemahnya mata uang ringgit (MYR) sebanyak 0,5% terhadap dolar AS juga mempengaruhi dinamika harga. Hal ini membuat komoditas minyak kelapa sawit menjadi lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing.
Sementara itu, di pasar minyak saingan, kontrak soyoil teraktif di Dalian naik sebanyak 0,8%, dan kontrak minyak sawit juga mengalami kenaikan sebanyak 0,8%. Harga soyoil di Chicago Board of Trade naik sebesar 1,1%.
Harga minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak lainnya karena keduanya bersaing dalam pangsa pasar minyak nabati global.
Dari Indonesia, Uni Eropa mengumumkan pada hari Kamis, 17 Agustus 2023, bahwa mereka telah memulai penyelidikan terkait potensi penghindaran bea Uni Eropa atas impor biodiesel dari Indonesia melalui jalur China dan Inggris.
Uni Eropa merupakan pasar terbesar ketiga bagi produk minyak kelapa sawit Indonesia, dan juga merupakan pasar yang penting bagi biodiesel yang dihasilkan dari minyak sawit. Indonesia sendiri merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Penyelidikan ini dilakukan sebagai respons terhadap permintaan awal dari Dewan Biodiesel Eropa. Komisi Eropa mengklaim bahwa terdapat bukti yang cukup mengenai tindakan penghindaran bea pada produk yang sedang diselidiki melalui pola perdagangan yang melibatkan Indonesia, Republik Rakyat Tiongkok, dan Inggris.
Sementara Kementerian Perdagangan Indonesia belum memberikan komentar resmi terkait hal ini, negara tersebut sebelumnya telah meminta konsultasi sengketa dengan Uni Eropa melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait penerapan bea impor oleh Uni Eropa terhadap biodiesel Indonesia.
Juru bicara dari Komisi Eropa menyatakan kepada wartawan bahwa mereka meyakini tindakan Uni Eropa di Indonesia sesuai dengan aturan WTO, dan mereka siap untuk membahas masalah ini dengan Indonesia.
Hubungan perdagangan antara Uni Eropa dan Indonesia telah tegang akibat langkah-langkah yang diambil oleh Uni Eropa untuk membatasi impor komoditas yang berhubungan dengan deforestasi. Langkah ini diperkirakan akan berdampak pada impor minyak kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia, yang juga digunakan secara luas dalam industri makanan dan kosmetik.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor