Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange menguat pada sesi awal perdagangan menjelang akhir pekan Jumat (23/6/2023), setelah mengalami penurunan selama 3 hari berturut-turut sejak tanggal 20 Juni. Menurut data Refinitiv, harga CPO naik 0,42% menjadi MYR 3.577 per ton pada pukul 08:30 WIB. Meskipun menguat, harga tersebut masih turun dari level MYR 3.700 setelah bertahan selama empat hari. Pada perdagangan Kamis (23/6/2023), harga CPO ditutup dengan penurunan 1,44% menjadi MYR 3.562 per ton. Dalam empat hari perdagangan terakhir, harga CPO turun sebesar 4,48%, namun masih mengalami kenaikan sebesar 11,28% secara bulanan, sementara secara tahunan mengalami koreksi tajam sebesar 14,66%.
Kenaikan harga CPO pada pagi ini mengakhiri tren penurunan selama tiga hari sejak tanggal 20 Juni. Namun, harga CPO masih dipengaruhi oleh sentimen negatif, termasuk penurunan momentum penjualan minyak kedelai dan mandat biofuel AS yang lebih rendah dari perkiraan, yang membebani harga tersebut.
[tv-chart symbol=”CPO1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait, karena keduanya bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati global. Di sisi lain, kabar dari Amerika Serikat (AS) juga mempengaruhi sentimen negatif terhadap harga CPO. Pemerintahan Biden telah meningkatkan jumlah biofuel yang harus dicampur oleh kilang minyak dalam campuran bahan bakar nasional selama tiga tahun ke depan. Namun, keputusan ini telah menimbulkan keberatan dari industri biofuel, yang menganggap mandat untuk etanol dan biodiesel berbasis jagung tidak cukup tinggi.
Selain itu, Malaysia mempertahankan pajak ekspor sebesar 8% untuk minyak sawit mentah bulan Juli dan menurunkan harga acuan. Hal ini diumumkan melalui surat edaran yang dipublikasikan oleh Dewan Minyak Sawit Malaysia. Data dari surveyor kargo menunjukkan bahwa ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-20 Juni mengalami penurunan sebesar 16,8% dibandingkan periode yang sama di bulan Mei.
Di India, impor minyak sawit pada bulan Juni meningkat sebesar 46% dibandingkan bulan sebelumnya, mencapai level tertinggi dalam tiga bulan. Para pembeli memanfaatkan penurunan harga ke level terendah dalam 28 bulan untuk meningkatkan pembelian. Rebound dalam pembelian oleh importir minyak nabati terbesar di dunia tersebut diharapkan dapat mendukung harga minyak sawit dan membantu produsen utama Indonesia dan Malaysia dalam mengurangi persediaan.
Impor minyak sawit oleh India pada bulan Juni diperkirakan mencapai 640.000 ton, naik dari 439.173 ton pada bulan Mei, menurut perkiraan dealer-dealer. Impor pada bulan Mei merupakan yang terendah sejak Februari 2021 karena harga minyak kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan minyak kedelai dan minyak bunga matahari dalam beberapa bulan terakhir. Koreksi harga baru-baru ini membuat minyak sawit kembali kompetitif dan mendorong pembeli di Asia untuk meningkatkan pembelian, mengingat biaya yang lebih rendah dan waktu pengiriman yang cepat yang dimilikinya.