Harga emas mengalami penurunan yang signifikan setelah The Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS, mengumumkan kebijakannya. Pada perdagangan Rabu (14/6/2023), harga emas di pasar spot ditutup di level US$ 1.942,99 per troy ons, mengalami penurunan sebesar 0,015%. Penurunan ini memperpanjang tren negatif harga emas yang terjadi sejak Jumat pekan lalu, dengan total penurunan 1,25% dalam empat hari terakhir.
Namun, pada perdagangan hari berikutnya, harga emas mengalami sedikit kenaikan. Pada Kamis (15/6/2023) pukul 06:48 WIB, harga emas berada di US$ 1.944,06, mengalami kenaikan sebesar 0,06%. Penurunan harga emas sebelumnya terjadi sebagai respons terhadap pengumuman kebijakan bank sentral.
The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,0-5,25%. Meskipun demikian, The Fed memberikan indikasi bahwa suku bunga acuan masih akan dinaikkan dua kali pada tahun ini. Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan sesuai dengan ekspektasi pasar, tetapi harapan pasar terhadap pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus terhapus.
[tv-chart symbol=”IDX:XAUUSD” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”1″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Dalam keterangannya, The Fed menyatakan bahwa pemertahanan suku bunga saat ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengevaluasi informasi tambahan dan dampak kebijakan moneter yang telah diterapkan. The Fed juga mengindikasikan rencana peningkatan suku bunga acuan dua kali ke depan, berdasarkan proyeksi median The Fed yang memperkirakan suku bunga akan berada dalam kisaran 5,5-5,75% pada tahun 2023, naik dari kisaran sebelumnya, yaitu 5-5,25%.
Jerome Powell, Ketua The Fed, menyatakan bahwa bank sentral masih perlu waktu untuk melihat dampak kenaikan suku bunga terhadap ekonomi AS. Sejak Maret tahun lalu, The Fed telah meningkatkan suku bunga acuan sebesar 500 basis poin, mencapai level 5,0-5,25% saat ini. Hal ini merupakan tingkat suku bunga tertinggi sejak Januari 2001.
Dengan adanya potensi kenaikan suku bunga yang masih ada, harga emas masih berpotensi tertekan ke depan. Kenaikan suku bunga akan menguatkan nilai dolar AS dan meningkatkan imbal hasil surat utang pemerintah AS, yang berdampak negatif pada daya tarik emas. Namun, para analis mencatat bahwa jika emas mampu bertahan dan menguat setelah kejutan hawkish ini, harga emas berpotensi mengalami kenaikan.
Kebijakan hawkish The Fed telah menghilangkan peluang untuk mencetak rekor harga emas. Sebelumnya, analis memperkirakan harga emas bisa mencapai level US$ 2.500-2.600 jika The Fed memangkas suku bunga. Namun, dengan kebijakan The Fed yang tidak memangkas suku bunga, harga emas masih akan terpengaruh.
Perlu dicatat bahwa harga emas mencapai level tertinggi pada 3 Mei lalu, dengan mencapai US$ 2.071,19 per troy ons. Namun, posisi ini merupakan level tertinggi dalam sejarah, tidak termasuk penutupan perdagangan. Rekor tertinggi harga emas pada penutupan perdagangan masih tercatat pada 6 Agustus 2020, di mana harga emas ditutup pada level US$ 2.063,19 per troy ons. Kenaikan harga emas pada saat itu dipengaruhi oleh indikasi perubahan kebijakan The Fed, ketidakpastian terkait plafon utang pemerintah AS, dan krisis perbankan di Amerika.