BeritaInvestor.id – Harga emas dunia mengalami peningkatan pada pekan lalu. Tapi, bagaimana proyeksi harga untuk minggu ini? Pada hari Jumat, 14 Februari 2025, harga emas di pasar spot ditutup di US$ 2.880,8/troy ons, turun 1,73% dari hari sebelumnya. Koreksi ini terjadi setelah emas mencapai level tertinggi sejarah di US$ 2.931,6/troy ons. Meskipun demikian, harga emas masih tercatat naik 0,74% selama seminggu dan mencatat kenaikan selama 7 minggu berturut-turut, menjadi periode terpanjang sejak tahun 2020.
Proyeksi Harga Emas Minggu Ini Apakah harga emas akan naik lagi atau mengalami penurunan? Dari analisis teknis pada kerangka waktu mingguan, emas terlihat tetap di zona bullish. Ditunjukkan oleh Relative Strength Index (RSI) yang mencapai 73,61. Angka ini menunjukkan bahwa aset dalam posisi bullish, namun harus berhati-hati karena RSI di atas 70 menandakan potensi overbought. Indikator Stochastic RSI menunjukkan level tertinggi, lebih di atas 100, yang mengindikasikan jenuh beli yang sangat kuat. Oleh karena itu, kemungkinan harga emas bisa turun pekan ini. Target support terdekat berada di US$ 2.841/troy ons, jika harga melewati level ini, target berikutnya bisa berada di US$ 2.748/troy ons. Untuk target resisten, ada di US$ 2.923/troy ons, dan jika berhasil menembusnya, harga emas berpotensi naik menuju US$ 2.954/troy ons.
Faktor yang Mempengaruhi Harga Emas Harga emas tetap di level tinggi karena beberapa faktor. Pertama, ada harapan bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga tahun ini, meski tidak seagresif tahun lalu. Hal ini penting karena perekonomian AS masih membutuhkan dukungan dari kebijakan moneter. Menurut laporan US Census Bureau, penjualan ritel di AS pada bulan Januari turun 0,9% dibandingkan bulan sebelumnya, situasi yang lebih buruk dibandingkan dengan bulan Desember yang tumbuh 0,7%. Penurunan ini adalah yang terdalam sejak Maret 2023, dan memicu prediksi bahwa The Fed akan mengurangi suku bunga hingga 50 basis poin tahun ini. Emas, sebagai aset non-yielding, akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Faktor kedua adalah kebijakan luar negeri Presiden AS Donald Trump. Kepemimpinan Trump yang agresif dalam kebijakan perdagangan, termasuk kenaikan tarif bea masuk, dapat menyebabkan ketidakpastian geopolitik. Ketika situasi menjadi tak menentu, emas menjadi favorit investor karena dianggap sebagai aset aman.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.