Harga emas mengalami ambruk pada perdagangan Rabu (21/6/2023), ditutup di posisi US$ 1.932,26 per ton dengan penurunan sebesar 0,19%. Harga tersebut merupakan yang terendah dalam tiga bulan terakhir. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif emas yang sudah terjadi dalam empat hari beruntun sejak Jumat (16/6/2023), di mana harga emas bulan ini sudah turun sebanyak 1,53%.
Namun, pada perdagangan Kamis (22/6/2023), harga emas menguat tipis sebesar 0,08% menjadi US$ 1.933,79 per troy ons. Penguatan ini terjadi setelah Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS), Jerome Powell, mengeluarkan pernyataan hawkish di hadapan Komite Layanan Keuangan DPR AS.
[tv-chart symbol=”XAUUSD” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuan di level 5-5,25% pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pekan lalu, tetapi memberikan isyarat adanya kenaikan suku bunga dua kali. Pernyataan Powell yang mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut membuat indeks dolar menguat dan harga emas melemah.
Pasar kini memperkirakan 79% kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan Juli. Para analis juga memperkirakan penjualan besar-besaran emas setelah pernyataan The Fed akan berdampak negatif terhadap harga emas ke depannya.