Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange mengalami kenaikan pada sesi perdagangan awal hari Selasa (13/6/2023) setelah mengalami koreksi kemarin akibat rilis data penting terkait CPO. Menurut data dari Refinitiv, harga CPO naik 0,39% menjadi MYR 3.362 per ton pada pukul 10:22 WIB. Meskipun demikian, harga tersebut masih berada di kisaran 3.300-an dan belum mengalami pergerakan signifikan ke level yang lebih tinggi.
Pada perdagangan Senin (12/6/2023), harga CPO ditutup turun 0,53% menjadi MYR 3.349 per ton. Hal ini mengakibatkan penguatan CPO secara bulanan terkikis menjadi 4,62%, meskipun masih mengalami koreksi tahunan yang signifikan sebesar 19,77%. Bahkan jika dibandingkan dengan posisi tertinggi dalam 2 tahun terakhir, harga CPO telah turun sebesar 53,92%.
[tv-chart symbol=”CPO1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Penurunan harga CPO dipicu oleh peningkatan produksi dan persediaan pada bulan Mei, serta penurunan ekspor pada bulan Juni yang memberikan tekanan pada harga. Data dari surveyor kargo Intertek Testing Services menunjukkan bahwa ekspor produk minyak sawit Malaysia dalam periode 1-10 Juni mengalami penurunan sebesar 16,7% menjadi 295.990 ton dibandingkan dengan periode yang sama pada bulan Mei. Data dari perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia juga menunjukkan penurunan ekspor sebesar 17,6% menjadi 275.211 ton pada periode yang sama.
Selain itu, persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir Mei mengalami kenaikan untuk pertama kalinya dalam empat bulan, naik sebesar 12,63% dari bulan April menjadi 1,69 juta metrik ton, berdasarkan data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB). Produksi juga meningkat sebesar 26,8% menjadi 1,52 juta metrik ton, namun ekspor mengalami penurunan sebesar 0,78% menjadi 1,08 juta ton.
Pelaku pasar juga akan memperhatikan laporan Perkiraan Pasokan dan Permintaan Pertanian Dunia yang akan dirilis oleh Departemen Pertanian AS pada Jumat mendatang. Selain itu, harga minyak kelapa sawit juga dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya di pasar global.
Para pelaku pasar saat ini juga sedang menunggu kebijakan Uni Eropa terkait impor komoditas yang terkait dengan deforestasi. Undang-undang yang dikeluarkan oleh Uni Eropa melarang impor komoditas tersebut, termasuk minyak kelapa sawit, yang dapat berdampak negatif terhadap pasar. Indonesia dan Malaysia, sebagai dua produsen dan pengekspor terbesar minyak sawit di dunia, telah menyatakan keberatan terhadap undang-undang tersebut, menganggapnya diskriminatif dan bertujuan untuk melindungi pasar biji minyak di Uni Eropa.
Beberapa produsen besar seperti Sime Darby Plantation Bhd dan United Plantations Bhd menyatakan bahwa mereka tidak akan mengalami kesulitan untuk mematuhi undang-undang baru tersebut, karena mereka telah menghindari deforestasi dan pengembangan lahan gambut selama bertahun-tahun. Namun, mereka khawatir akan kesulitan yang dihadapi oleh petani kecil yang tergabung dalam rantai pasokan produsen besar, karena mereka akan sulit untuk melacak seluruh produksi minyak sawit mereka sesuai dengan persyaratan undang-undang baru.
Lebih dari tujuh juta petani kecil di seluruh dunia menggantungkan penghidupan mereka pada penanaman kelapa sawit. Di Indonesia dan Malaysia, petani kecil tersebut menyumbang sekitar 40% dari total luas area produksi minyak sawit.