BeritaInvestor.id – Pasar minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange kembali mengalami penguatan pada awal perdagangan pekan ini, mengakhiri koreksi harga selama dua hari berturut-turut sejak perdagangan Kamis pekan lalu.
Menurut data dari Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan tercatat menguat tipis sebesar 0,05%, mencapai posisi MYR 3.715 per ton pada pukul 10:00 WIB. Meskipun mengalami penguatan, harga saat ini masih berada di level 3.700.
Pada perdagangan Jumat (11/8/2023), harga CPO sempat mengalami penurunan sebesar 0,3%, berakhir pada posisi MYR 3.717 per ton. Akibat penurunan ini, harga CPO dalam sepekan lalu terkoreksi sebesar 3,68%. Secara bulanan, harga CPO telah merosot sebesar 4,15%, dan secara tahunan mengalami penurunan sebesar 10,95%.
Penguatan harga CPO ini terjadi seiring dengan peningkatan ekspor, meskipun minyak nabati saingannya di Dalian Commodity Exchange mengalami pelemahan pada pekan sebelumnya. Namun, kendati demikian, pelemahan minyak nabati tersebut memberikan pembatasan terhadap penguatan harga CPO.
Seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur menyatakan bahwa “Minyak sawit Malaysia mengikuti pelemahan minyak sawit Dalian dengan dukungan dari kinerja ekspor yang lebih baik.”
Data dari cargo surveyor Intertek Testing Services dan perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia menunjukkan bahwa ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia diperkirakan dapat meningkat antara 5,9% hingga 17,5% dalam periode 1-10 Agustus.
Permintaan yang meningkat dari India terhadap minyak kelapa sawit memberikan kontribusi penting terhadap kenaikan ekspor ini. Kenaikan permintaan ini dapat membantu Indonesia dan Malaysia dalam menurunkan persediaan minyak kelapa sawit mereka.
Sementara itu, di sisi komoditas lain, pergerakan harga minyak nabati juga turut mempengaruhi harga minyak kelapa sawit, karena keduanya bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar di skala global.
Selanjutnya, China mempertahankan estimasi produksi jagung dan kedelai untuk periode 2023/24 Agustus, meskipun adanya dampak banjir pada area penanaman utama tanaman ini. Meskipun demikian, China memperingatkan tentang potensi dampak hujan lebat pada produksi kacang tanah.
Perkiraan produksi jagung dan kedelai tersebut tetap stabil, dengan jagung di angka 282,34 juta metrik ton dan kedelai sebesar 21,46 juta metrik ton. Kementerian Pertanian China mencatat bahwa hujan lebat membantu mengatasi masalah kekeringan yang sebelumnya mempengaruhi panen, walaupun beberapa ladang jagung di dataran rendah mengalami genangan air.
Dalam kondisi yang relatif baik, kelembaban untuk kedelai di wilayah timur laut China mendekati atau bahkan melebihi standar biasanya. Efek banjir pun terbilang relatif kecil terhadap pertumbuhan tanaman ini, sesuai dengan laporan yang diterbitkan oleh kementerian.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor