BeritaInvestor.id – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) mengalami tekanan pada Selasa (27/8/2024), mengakhiri kenaikan beruntun selama empat hari. Penurunan ini dipicu oleh aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan para pelaku pasar.
Menurut data BMD, kontrak berjangka CPO untuk September 2024 turun 16 Ringgit Malaysia menjadi 4.005 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Oktober 2024 juga terkoreksi 8 Ringgit Malaysia menjadi 3.958 Ringgit Malaysia per ton, sementara kontrak berjangka CPO November 2024 melemah 1 Ringgit Malaysia menjadi 3.923 Ringgit Malaysia per ton. Selain itu, kontrak berjangka CPO Desember 2024 turun 6 Ringgit Malaysia menjadi 3.900 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak CPO untuk Januari 2025 dan Februari 2025 masing-masing turun 10 dan 14 Ringgit Malaysia, menjadi 3.889 dan 3.882 Ringgit Malaysia per ton.
Aksi Profit Taking dan Pelemahan Eksternal Menekan Harga
Analis senior Fastmarkets Palm Oil Analytics, Sathia Varqa, menjelaskan bahwa harga CPO mengalami penurunan setelah aksi ambil untung dari para investor. “Dengan pasar eksternal yang terus menguat, aksi ambil untung mengurangi momentum pembelian,” katanya, dikutip dari Bernama.
Di sisi lain, trader minyak sawit David Ng menambahkan bahwa harga minyak kedelai dan minyak mentah yang melemah turut membebani sentimen pasar CPO. “Kami melihat support di 3.850 Ringgit Malaysia per ton dan resistance di 4.000 Ringgit Malaysia per ton,” tambahnya.
Perkiraan Tekanan Harga CPO Selama Musim Panen Raya
Hap Seng Consolidated Bhd (HSCB), sebuah perusahaan holding investasi terdaftar di Bursa Malaysia Securities Berhad, memperkirakan bahwa harga CPO akan tetap tertekan selama musim panen raya. Perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa para produsen minyak sawit masih menghadapi tekanan inflasi dan biaya produksi yang tinggi, yang akan mempengaruhi harga CPO di pasar global.
HSCB, yang memiliki enam bisnis inti termasuk perkebunan, pengembangan properti, dan perdagangan pupuk, mengakui bahwa tantangan di industri minyak sawit akan terus berlanjut, terutama dalam hal pengelolaan biaya produksi yang semakin meningkat.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor