Harga batu bara mengalami penurunan yang signifikan 3,23%. setelah sebelumnya mengalami lonjakan harga yang drastis. 7,2%. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan harga batu bara meliputi aksi profit taking, penjualan obral batu bara di Eropa, dan penurunan harga komoditas energi lainnya seperti gas alam dan minyak mentah.
Eropa mengalami penumpukan pasokan batu bara setelah melakukan impor besar-besaran pada tahun sebelumnya untuk mengatasi krisis energi dan berkurangnya pasokan gas dari Rusia. Namun, penggunaan batu bara di Eropa turun karena cuaca musim dingin yang lebih bersahabat dan harga gas yang lebih rendah, sehingga Eropa mulai menjual batu bara dengan harga yang rendah untuk menghabiskan pasokan yang menumpuk.
Selain itu, penurunan harga batu bara juga dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas energi lainnya seperti gas alam dan minyak mentah. Harga gas alam di Eropa sempat mengalami lonjakan sebelum kemudian turun kembali, sedangkan harga minyak juga mengalami penurunan setelah pemangkasan produksi oleh Arab Saudi.
Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang lebih tinggi oleh Bank Dunia dan krisis energi di Bangladesh yang menahan pelemahan harga batu bara lebih dalam, namun harga batu bara tetap tidak mampu menguat.
Krisis energi di Bangladesh mempengaruhi pasokan batu bara karena kekurangan bahan bakar untuk pembangkit listrik. Persoalan pembayaran yang terkait dengan keterlambatan Letter of Credit (LC) dengan penyuplai bahan bakar dari China, serta persoalan cuaca dan bencana alam, semakin memperparah krisis energi di Bangladesh.
Selain itu, kekurangan pasokan listrik di Bangladesh juga berdampak pada industri tekstil di Vietnam, yang mengancam kelangsungan perusahaan-perusahaan seperti Gap Inc, H&M, dan Zara.
Krisis energi di Bangladesh juga berkontribusi terhadap penurunan cadangan devisa negara tersebut, yang mengurangi kemampuan Bangladesh untuk mengimpor komoditas energi seperti gas alam dan batu bara.
Secara keseluruhan, penurunan harga batu bara dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk penumpukan pasokan di Eropa, penurunan harga komoditas energi lainnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi global, dan krisis energi di Bangladesh.