BeritaInvestor.id – Pada perdagangan Rabu (12/7/2023), saham emiten pertambangan batu bara di Indonesia dibuka dengan melemah. Terdapat sembilan emiten yang mengalami penurunan, satu stagnan, dan hanya satu yang berhasil menguat.
Penurunan saham-saham batu bara RI pagi ini disebabkan oleh turunnya harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE sebesar 2,2% menjadi US$134 per ton pada Selasa (12/7/2023). Bahkan, sejak awal tahun harganya telah merosot hingga 64%. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 21 Juni 2023.
Berikut adalah pergerakan saham sektor pertambangan batu bara di Bursa Efek Indonesia pada Rabu pagi (12/7/2023) hingga pukul 09.30 WIB. Dari 11 emiten, hanya satu yang mengalami kenaikan dan satu stagnan.
No. | Perusahaan | Kode Emiten | Pergerakan (%) | Harga Saham |
---|---|---|---|---|
1 | PT Adaro Energy Indonesia Tbk | ADRO | −1.65% | 2,390 |
2 | PT Bukit Asam Tbk | PTBA | −0.72% | 2,740 |
3 | PT Indo Tambangraya Megah Tbk | ITMG | −1.07% | 25,375 |
4 | PT Harum Energy Tbk | HRUM | −1.55% | 1,585 |
5 | PT Bumi Resources Tbk | BUMI | −1.55% | 127 |
6 | PT Adaro Minerals Indonesia Tbk | ADMR | −0.47% | 1,050 |
7 | PT Delta Dunia Makmur Tbk | DOID | 0.00% | 394 |
8 | PT Baramulti Suksessarana Tbk | BSSR | −0.28% | 3,610 |
9 | PT Bayan Resources Tbk | BYAN | −3.39% | 17,100 |
10 | PT Mitrabara Adiperdana Tbk | MBAP | −0.20% | 4,960 |
Penurunan harga batu bara terjadi akibat suramnya ekonomi China dan masih rendahnya permintaan serta harga komoditas energi lainnya. Inflasi China pada Juni 2023 turun menjadi 0% (year-on-year/yoy), menimbulkan kekhawatiran terjadinya deflasi.
Data inflasi ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi China kehilangan momentum, meningkatkan kekhawatiran deflasi yang membebani kepercayaan konsumen. Daya beli yang lesu di China berpotensi membahayakan pasar batu bara dunia karena Tiongkok merupakan konsumen terbesar batu bara di dunia.
Penurunan inflasi juga mengindikasikan melemahnya daya beli, yang berdampak pada aktivitas konsumsi dan produksi ke depan. Permintaan terhadap listrik dan sumber energi seperti batu bara pun berpotensi mengalami penurunan.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Selain itu, harga batu bara juga turun akibat kabar negatif dari India. Impor batu bara thermal India turun 24% (month to month/mtm) menjadi 13,95 juta ton pada Juni.
Namun, PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) berhasil mencatatkan kenaikan sahamnya dibandingkan dengan kompetitornya. Hari ini merupakan tanggal pencatatan dividen SMMT yang telah berlaku sejak 10 Juli dan tanggal ex-dividen pada 11 Juli 2023 kemarin.
Di sisi lain, PT Delta Dunia Makmur (DOID) memperpanjang periode buyback selama tiga bulan ke depan, yang berlaku mulai 27 April 2023 hingga 26 Juli 2023. Dalam periode tersebut, perseroan berupaya untuk menyerap 810,73 juta lembar saham.
DOID juga meningkatkan anggaran buyback dari US$33 juta menjadi US$45 juta atau sekitar Rp672,75 miliar dengan kurs Rp14.950 per dolar Amerika Serikat (US$). Hal ini berarti terdapat penambahan dana segar sebesar US$19,45 juta atau sekitar Rp290,91 miliar.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor